Teori Sosiologi Modern
Kamis, 03 Mei 2018
Karya Tulis Ilmiah,
Makalah,
Makalah Sosiologi Morern,
Teori Sosiologi Modern
Edit
Contoh Makalah Teori Sosiologi Modern
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia telah menapaki sebuah era baru: Era Globalisasi. Pasca-keruntuhan Uni Sovyet di awal dekade 1990-an, komunisme seakan menjadi sebuah dagangan yang tidak lagi laku. Era dianggap telah berubah, seolah-olah tidak ada lagi alternatif gres (Thatcher, 1992), dan ini disangka sebagai selesai dari sejarah dengan kemenangan demokrasi-liberal (Fukuyama, 1989). Dunia dikuasai oleh sebuah kekuatan unipolar yang hegemonik, dengan bahaya bahwa kalau tidak taat pada kekuatan tersebut, mereka akan kehilangan impian untuk hidup.
Benarkah demikian, bahwa tidak ada lagi jalan alternatif di dunia ini selain jalan neoliberalisme? Anthony Giddens menyampaikan hal sebaliknya. Bagi Giddens, masih ada sepercik impian dari jalan yang ia sebut sebagai “jalan ketiga”. Giddens, yang mendasarkan pandangannya pada teori strukturasi, berpandangan bahwa liberalisme tidak selamanya menyampaikan kebaikan; masih ada celah yang harus dibenahi dalam struktur sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Fungsionalisme Struktural
Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik serta perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest, dan keseimbangan (equilibrium).
Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu penggalan akan membawa perubahan pula terhadap penggalan yang lain. Penganut teori ini cenderung untuk melihat hanya kepada sumbangan satu sistem atau kejadian terhadapa sistem yang lain dan lantaran itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu kejadian atau suatu sistem sanggup menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua kejadian dan semua struktur yaitu fungsional bagi suatu masyarakat. Maka kalau terjadi konflik, penganut teori fungsionalisme struktural memusatkan perhatiannya kepada duduk kasus bagaimana cara menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangan.
Singkatnya yaitu masyarakat berdasarkan beling mata teori (fungsional) senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap kejadian dan setiap struktur fungsional bagi sistem sosial itu. Demikian pula semua institusi yang ada, diharapkan oleh sosial itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat dilihat dalam kondisi: dinamika dalam keseimbangan.
1. Teori Konflik
Teori ini dibangun dalam rangka untuk menentang teori Fungsionalisme Struktural. Karena itu tidak mengherankan apabila proposisi yang dikemukakan oleh penganutnya bertentangan dengan proposisi yang terdapat yaitu Teori Fungsionalisme Struktural. Tokoh utama Teori Konflik yaitu Ralp Danrendorf.
Jika berdasarkan Teori Fungsionalisme Struktural masyarakat berada dalam kondisi statis atau tepatnya bergerak dalam kondisi keseimbangan, maka berdasarkan Teori Konflik malah sebaliknya. Kalau berdasarkan Teori Fungsionalisme Struktural setiap elemen satau setiap institusi menyampaikan derma terhadap stabilitas, maka Teori Konflik melihat bahwa setiap elemen atau institusi menyampaikan sumbangan terhadap disintegerasi sosial. Kontras lainnya yaitu bahwa penganut Teori Fungsionalisme Struktural melihat anggota masyarakat terikat secara informal oleh norma-norma, nilai-nilai dan moralitas umum, maka Teori Konflik menilai keteraturan yang terdapat dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan lantaran adanya teknan atau pemaksaan kekuasaan atas golongan yang berkuasa.
Terbentuk lantaran munculnya kelompok-kelompok kepentingan. Sedangkan kelompo dua, yakni kelompok kepentingan terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas. Kelompok kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi, program, tujuan serta anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber nyata timbulnya konflik dalam masyarakat.
Adapun mengenai fungsi dari adanya konflik, Berghe mengemukakan ada empat hal:
- Sebagai alat untuk solidaritas.
- Membantu membuat ikatan aliansi dengan kelompok lain.
- Mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi.
- Fungsi komunikasi. Sebelum sebuah konflik kelompok tertentu mungkin tidak mengetahui posisi lawan. Tapi dengan adanya konflik, posisi dan batas antara kelompok menjadi lebih jelas. Individu dan kelompok tahu secara niscaya di mana mereka berdiri, dan lantaran itu sanggup mengambil keputusan lebih baik untuk bertindak dengan lebih tepat.
Singkatnya, Teori Konflik ini ternyata terlalu mengabaikan keteraturan dan stabilitas yang memang ada dalam masyarakat dalam masyarakat di samping konflik itu sendiri. Masyarakat selalu dipandangnya dalam kondisi konflik. Mengabaikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku umum yang menjamin terciptanya keseimbangan dalam masyarakat. Masyarakat menyerupai tidak pernah kondusif dari pertikaian dan pertentangan.
B. Teori Strukturasi Anthony Giddens
1. Biodata Sang Ahli
Anthony Giddens yaitu teoritisi sosial inggris masa sekarang yang sangat penting dan salah seorang dari sedikit teoritisi yang sangat kuat di dunia. Giddens lahir di Edmonton, London Utara, pada 18 Januari 1938, dari sebuah keluarga karyawan bus umum, yang di rumahnya sama sekali tidak mempunyai buku. Anthony menjadi satu-satunya anak dari keluarga itu yang bersekolah tinggi. ia berguru di universitas Hull, di The London School of Economic, dan di Universitas London. Tahun 1961 ia diangkat menjadi dosen di Universitas Leicester. Karya awalnya bersifat empiris dan memusatkan perhatian pada duduk kasus bunuh diri. Tahun 1969, ia beralih jabatan menjadi dosen sosiologi di Universitas Cambridge dan sebagai anggota King’s college. Dalam karya-karyanya itu selangkah demi selangkah ia mulai membangun perspektif teoritisnya sendiri, yang populer dengan teori strukturasi.
Giddens menyampaikan bahwa Obyek utama dari ilmu sosial bukanlah tugas sosial (social role) menyerupai dalam Fungsionalisme Talcot Parsons, bukan isyarat tersembunyi (hidden code) menyerupai dalam Strukturalisme Claude Levi Strauss, bukan juga dari keunikan situasional menyerupai dalam Interaksionisme Simbolis Erving Goffman. Bukan keseluruhan, bukan bagian, bukan struktur bukan pula pelaku perorangan, melainkan titik temu antara keduanya. Oleh lantaran itulah teori strukturasi merupakan “jalan tengah” untuk mengakomodasi dominasi struktur atau kekuatan sosial dengan pelaku tindakan (agen).
C. Teori Strukturasi
Teori strukturasi dipelopori oleh Anthony Giddens, seorang sosiolog Inggris yang menyebarkan apa yang disebutnya sebagai sosiologi sehari-hari. Sosiologi didasarkan pada pemahamanya atas strukturasi dalam sistem sosial. Teori strukturasi merupakan teori yang menepis dualisme (pertentangan) dan mencoba mencari likage/pertautan sehabis terjadi kontradiksi tajam antara struktur fungsional dengan konstruksionisme-fenomenologis. Giddens tidak puas dengan teori pandangan yang dikemukakan oleh struktural-fungsional, yang menurutnya terjebak pada pandangan naturalistik. Pandangan neturalistik mereduksi bintang film dalam stuktur, kemudian sejarah dipandang secara mekanis, dan bukan suatu produk kontengensi dari kegiatan agen. Tetapi Giddens juga tidak sependapat dengan konstruksionisme-fenomenologis, yang baginya disebut sebagai berakhir pada imperialisme subjek. Oleh karenanya ia ingin mengakhiri klaim-klaim keduanya dengan cara mempertemukan kedua aliran tersebut.
Strukturasi mencakup korelasi dialektikal antara distributor dan struktur. Struktur dan keagenan yaitu dualitas. Struktur takkan ada tanpa keagenan dan demikian pula sebaliknya. Giddens memandang institusi sosial sebagai kumpulan praktik sosial dan ia mengidentifikasikan empat macam institusi, antara lain: tatanan simbolik, institusi politik, institusi ekonomi dan institusi hukum.
Teori strukturasi merupakan teori yang menepis dualism (pertentangan) dan mencoba mencari likage atau pertautan sehabis terjadi kontradiksi tajam antara struktur fungsional dengan konstruksionismefenomenologis. Giddens menuntaskan debat antara dua teori yang menyatakan atau berpegang bahwa tindakan insan disebabkan oleh dorongan eksternal dengan mereka yang menganjurkan perihal tujuan dari tindakan insan Menurut Giddens, struktur bukan bersifat eksternal bagi individu-individu melainkan dalam pengertian tertentu lebih bersifat internal. Terkait dengan aspek internal ini Giddens menyandarkan pemaparannya pada diri seorang subjek yang mempunyai sifatnya yang otonom serta mempunyai andil untuk mengontrol struktur itu sendiri.
Teori strukturasi sendiri mengandaikan sebuah proses yang terjadi dan memungkinkan terjadinya perulangan untuk membentuk sikap sosial.
Dalam prakteknya, tindakan seseorang sanggup dipengaruhi dan mempengaruhi beberapa struktur yang berbeda dalam waktu yang sama. Pertemuan lebih dari satu struktur ini kemungkinan akan menimbulkan:
1. Mediasi
yaitu struktur yang satu menjadi mediator munculnya struktur yang lain. Dapat dikatakan produksi dari suatu struktur sanggup membentuk struktur gres atau melengkapi struktur yang sudah ada.
2. Kontradiksi
yaitu struktur yang satu mengatasi atau menghapus struktur yang lama. Hal ini disebabkan adanya kontradiksi yang memicu konflik antar struktur sehingga menghasilkan perubahan struktur yang berkhasiat untuk mengatasi munculnya konflik yang berkepanjangan ataupun menghapus struktur yang sudah tidak relevan.
3. Ruang dan Waktu
Ruang dan waktu yaitu pokok sentral lain dalam teori strukturasi. Tidak ada tindakan sikap sosial tanpa ruang dan waktu. Ruang dan waktu memilih bagaimana suatu sikap sosial terjadi. Mereka bukan semata-mata Karena atau panggung suatu tindakan terjadi sebagaimana dipahami dalam teori-teori sosial sebelumnya. Mereka yaitu unsur konstitutif dalam proses tindakan itu sendiri.
C. Dualisme dan dualistis
1. Pengertian dualisme
Dualisme yaitu dua keadaan yang berbeda dimana satu keadaan bersifat superior dan keadaan lainnya bersifat inferior yang hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama. Dengan adanya dua keadaan yang berbeda ini tentunya akan mempunyai dampak tersendiri bagi suatu negara yang secara tidak eksklusif menganut sistem dualisme ekonomi ini.
Dualisme (dualism) berasal dari kata Latin yaitu duo (dua). Dualisme yaitu aliran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang. Masing-masing substansi bersifat unik dan tidak sanggup direduksi, contohnya substansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan tubuh dll. Ada pula yang menyampaikan bahwa dualisme yaitu aliran yang menggabungkan antara idealisme dan materialisme, dengan menyampaikan bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat sebagai sumber yaitu hakikat materi dan ruhani.
Dualisme yaitu konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Dalam pandangan perihal korelasi antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental yaitu entitas non-fisik. Dualisme yaitu aliran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani. Kedua macam hakekat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu membuat kehidupan dalam alam Contoh yang paling terperinci perihal adanya kolaborasi kedua hakekat ini yaitu terdapat dalam diri manusia.
2. Pengertian Dualistis
Dualistis, yaitu berlakunya dua sistem aturan bagi dua kelompok sosial yang berbeda didalam kesatuan kelompok sosial atau suatu negara.
Aliran dualistis memandang dari sudut abnormal bahwa di dalam menyampaikan isi pengertian tindak pidana tidak dengan demikian, kemudian dibayangkan adanya orang yang dipidana, memandang tindak pidana semata-mata pada perbuatan dan akhir yang sifatnya dilarang. Jika perbuatan yang sifatnya tidak boleh itu telah dilakukan/terjadi (konkret), gres melihat pada orangnya kalau orang itu mempunyai kemampuan bertanggung jawab sehingga perbuatan itu sanggup dipersalahkan kepadanya. Dengan demikian, kepadanya dijatuhi pidana.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori strukturasi menandakan bahwa untuk memahami masyarakat orang tidak sanggup dilihat dari tindakan individu atau sifat struktur yang menjaga masyarakat melainkan keduanya harus diperiksa. Giddens mungkin telah menjadi paling populer untuk pengembangan jalan ketiga, Ia merupakan filsafat politik yang berusaha mendefinisikan kembali demokrasi sosial untuk pasca perang masbodoh dan era globalisasi. Hal ini merupakan upaya untuk mengatasi sistem sosial tradisional nilai demokrasi dan neo liberal.
DAFTAR PUSTAKA
Giddens,A. 1984. The Constitution of Society-Teori Struktural untuk Analisis Sosial.Pasuruan: Pedati.
Giddens, A. 1990. The Consequences of Modernity.
Giddens, A. 1994. Beyond Left and Righ .
Giddens, A. 1998. The Third Way. The Renewal of Social Democracy. Cambridge: Polity (publisher).
Subuki, Makyun. 2006. Komunikasi dalam Interaksionisme Simbolis, Strukturasi, dan Konvergensi.
Ritzer, G. 2010. Teori Sosiologi. Jogja: Kreasi Wacana.
Poloma, Margaret. M. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo.
0 Response to "Teori Sosiologi Modern"
Posting Komentar