Contoh Makalah Administrasi Sumber Daya Manusia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
       Komunikasi merupakan proses yang dilakukan oleh insan setiap hari dalam melaksanakan kekerabatan dengan orang lain. Secara umum sanggup dikatakan bahwa tidak ada kehidupan insan tanpa komunikasi. Sebagai makhluk sosial insan niscaya membutuhkan kekerabatan dengan orang lain. Setiap individu selalu berkeinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan sebaliknya individu tersebut juga berkeinginan mendapatkan informasi dari orang lain. Keharusan yang timbul pada insan untuk bekerjasama dengan orang lain biar sanggup mencapai tujuan yang dikehendaki, menimbulkan dibentuknya organisasi, dalam hal ini perusahaan.
       Suatu organisasi perusahaan yaitu sebuah tim, dan seluruh anggotanya perlu mengetahui apa yang dilakukan oleh tim, sehingga mereka sanggup bekerjasama dengan baik. Jika tidak ada komunikasi, karyawan tidak akan tahu apa yang dilakukan oleh rekan-rekannya. Secara otomatis koordinasi kerja tidak akan berjalan, dan pada akibatnya menimbulkan tujuan perusahaan tidak tercapai.
       Seorang manajer hendaknya terbuka dan mendorong partisipasi serta keberanian para karyawan untuk memberikan pendapat atau keluhan-keluhan. Hal ini akan tercipta dengan memanfaatkan komunikasi dua arah (Two Way Traffic Communication) formal maupun informal, vertikal atau horisontal sehingga timbul saling pengertian dan penghayatan mengenai kebijaksanaan perusahaan.
       Tetapi pada kenyataannya, tidak gampang untuk membuat komunikasi yang baik, lantaran masih ada hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Kelemahan dan kendala dalam proses komunikasi tersebut akan besar lengan berkuasa pada prestasi kerja karyawan.
       Dengan adanya komunikasi yang baik dalam perusahaan, akan muncul saling pengertian antara karyawan dengan pimpinan perusahaan. Karyawan merasa ikut serta dan didorong untuk maju dalam perusahaan, sehingga sanggup membuat suasana serasi antara manajer dengan karyawan. Hal ini sanggup menimbulkan kepuasan dalam bekerja yang akibatnya akan meningkatkan prestasi kerja karyawan.
       Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bandung yaitu salah satu instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang jasa yang menangani dilema keluarga berencana yang berada di Bandung. Di BKKBN, fenomena yang tampak ialah pihak pimpinan yang kurang bisa memberikan harapan dan peraturan yang dibuat kepada para karyawannya. Hal ini mungkin disebabkan lantaran tingkat pendidikan yang jauh berbeda antara pimpinan dan karyawan atau bawahan. Para atasan yaitu sarjana lulusan akademi tinggi, sedangkan karyawan lulusan Sekolah Menengah Pertama dan SMA.
       Selain itu, para karyawan masih mempunyai kendala dalam berkomunkasi dengan pimpinan. Hambatan tersebut timbul dari dalam diri seorang karyawan, yaitu perasaan takut, segan, ragu-ragu, dan perasaan lainnya yang disebabkan oleh kurang terbukanya sikap pimpinan, sehingga komunikasi yang terjadi tidak efektif dan akan menghambat acara perusahaan secara keseluruhan dan pada akibatnya akan berakibat pada rendahnya prestasi kerja karyawan.
       Dilihat dari banyak sekali kendala komunikasi yang ada, prestasi kerja karyawan BKKBN masih sanggup ditingkatkan dengan syarat hambatan-hambatan tersebut dihilangkan atau dikurangi.
       Upaya mengantisipasi perkembangan perjuangan di abad globalisasi, perusahaan harus mempersiapkan administrasi yang baik sehingga sanggup mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Para karyawan harus selalu bekerjasama antara satu dengan yang lainnya, yang bergantung kepada saling pengertian melalui pelaksanaan komunikasi yang baik.
       Demikian juga pada BKKBN, dimana prestasi kerja karyawan sanggup dilihat dari hasil kerja, karakteristik pribadi dan kemampuan atau keterampilan para karyawan. Dilihat dari indikator yang disebutkan di atas, prestasi kerja karyawan BKKBN masih bisa ditingkatkan.
       Berdasarkan hal itu, penulis menentukan dilema komunikasi. Dalam hal ini komunikasi dan peranannya dalam meningkatkan prestasi kerja karyawan. Dengan demikian penulis mencoba menyusun dalam bentuk skripsi dengan judul “Peranan Komunikasi Internal Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan Pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional”.      

1.2  Identifikasi Masalah
       Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, yang dihadapi dalam penelitian ini sanggup diidentifikasikan sebagai berikut:     
1. Bagaimana Komunikasi Internal yang dilakukan di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Bandung
2. Bagaimana  Prestasi Kerja Karyawan di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Bandung
3. Seberapa besar Peranan Komunikasi Internal dalam meningkatkan prestasi kerja karyawan di   Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Bandung

1.3  Maksud dan Tujuan Penelitian
       Kegiatan suatu perusahaan biar sanggup berjalan dengan lancar yaitu dengan adanya perpaduan yang optimal antara sumber tenaga kerja insan dengan sumber daya lainnya. Dalam hal ini penulis mengutarakan sumber tenaga kerja insan sebagai pokok bahasan. Maksud penelitian ini yaitu untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan komunikasi internal dan prestasi kerja karyawan. Disamping itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peranan komunikasi internal dan prestasi kerja karyawan. Sedangkan tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui Komunikasi Internal yang dilakukan di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Bandung
2. Untuk mengetahui Prestasi Kerja Karyawan di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Bandung
3. Untuk mengetahui peranan komunikasi internal dalam meningkatkan prestasi kerja karyawan yang dilakukan di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Bandung

1.4  Kegunaan Penelitian
       Sesuai dengan masalah-masalah yang telah diuraikan diatas, maka dari penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1.4.1   Kegunaan Operasional
Bagi Perusahaan
Memberikan masukan bagi perusahaan untuk memperoleh citra mengenai faktor-faktor yang menghambat baik secara eksklusif maupun tidak eksklusif dalam perjuangan meningkatan prestasi kerja karyawan demi kemajuan perusahaan.
1.4.2   Kegunaan Pengembangan Ilmu
a. Pengembangan Ilmu
Menambah khasanah wawasan ilmu administrasi sumber daya manusia, khususnya pada dilema komunikasi internal dan prestasi kerja karyawan.
b. Bagi Penulis
Merupakan pengalaman yang berharga bagi penulis sebagai perhiasan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang administrasi sumber daya insan dan penerapan teori-teori yang telah dipelajari dibangku kuliah dan keadaan yang ada dalam perusahaan pada umumnya.

c. Bagi Pembaca 
Sebagai sumber informasi atau materi bacaan atau sumbangan aliran khususnya dalam mata kuliah Sumber Daya Manusia dan juga sanggup dijadikan sebagai tumpuan dalam melihat keadaan dan kondisi perusahaan secara benar dan objektif.

1.5  Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis
1.5.1  Kerangka Pemikiran 
       Karyawan yaitu aset utama bagi perusahaan, yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap acara organisasi. Berbeda dengan uang, mesin dan material yang sifatnya pasif dan sanggup diatur, karyawan mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status, latar belakang, pendidikan, usia, jenis kelamin yang heterogen, yang dibawa kedalam perusahaan.
       Karyawan yang mempunyai kemampuan kerja tinggi, baik dalam pengetahuan dan keterampilan serta penguasaan pekerjaannya dengan baik belum menjamin produktivitas yang baik, apabila tidak didukung dengan kerjasama, kondisi dan minat terhadap pekerjaan serta disiplin yang tinggi. Mereka gres bermanfaat dan mendukung tujuan perusahaan bila mereka berkeinginan tinggi untuk berprestasi dalam kerjanya.
       Ada banyak sekali cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan dan menyebarkan prestasi kerja karyawan. Salah satu yang dipakai yaitu komunikasi antar individu-individu yang ada dalam perusahaan, contohnya antara pimpinan dengan karyawan secara timbal balik ataupun antar sesama karyawan.
       Definisi komunikasi berdasarkan Stoner (1992:532):
       “ Communication is defined as the process by which people attempt to share meaning via the transmission of symbolic messages “.
       Pengertiannya yaitu komunikasi meliputi upaya memahami bagaimana orang berafiliasi satu sama lain, yang melibatkan pengertian yang sama perihal huruf, angka dan kata-kata yang sanggup mewakili gagasan yang hendak dikomunikasikan.
       Komunikasi dikatakan berhasil apabila yang dikomunikasikan sanggup dimengerti atau dengan kata lain komunikasi dikatakan efektif bila peserta menafsirkan serta melaksanakan sama dengan yang diinginkan oleh pengirim. Tetapi tidaklah gampang untuk membuat komunikasi yang efektif, lantaran ada hambatan-hambatan dalam berkomunikasi. Hambatan penurunan isi dan mutu komunikasi terjadi pada dikala diartikan atau diinterprestasikan oleh penerima.
Menurut Stoner (1994:145), hambatan-hambatan tersebut adalah:
1. Perbedaan Persepsi
Adalah salah satu kendala komunikasi yang paling lazim. Hambatan ini disebabkan oleh kurang mampunya penangkapan, daya kebijaksanaan dari peserta pesan sehingga salah menafsirkan.
2. Perbedaan Bahasa
Berkaitan erat dengan perbedaan persepsi individu. Agar sebuah pesan sanggup diterima secara tepat, kata-kata yang dipakai harus berarti sama bagi pengirim dan peserta pesan.

3. Kegaduhan
Merupakan factor yang mengganggu dan mengacaukan komunikasi.
4. Emosionalitas
Reaksi menyerupai marah, benci, takut dan sebagainya yang sering mempengaruhi bagaimana kita memahami pesan orang lain.
5. Komunikasi Verbal dan Non Verbal yang tidak konsisten.
Hal ini sanggup dilakukan dengan gerak tubuh, jarak dari lawan bicara, gerakan mata, kontak tubuh dan lain-lain.
6. Ketidakpercayaan
Yaitu dapat dipercaya sebuah pesan ditentukan oleh dapat dipercaya pengirim dalam benak penerima. Kredibilitas ditentukan oleh banyak sekali factor.
       Menurut pakar Ilmu Komunikasi Onong Uchjana Effendy, komunikasi dalam organisasi sanggup dikelompokan ke dalam dua bentuk yaitu komunikasi internal (Internal Communication) dan komunikasi eksternal (External Communication).
       Komunikasi Internal yaitu komunikasi antar pimpinan dengan individu-individu yang ada dalam suatu perusahaan yaitu para karyawan. Selain itu, komunikasi internal yaitu komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu dalam hal ini manajer dengan karyawan atau sebaliknya, atau antar manajer dengan manajer, karyawan dengan karyawan, yang ruang lingkupnya terbatas pada suatu organisasi atau perusahaan. Makara komunikasi yang dilakukan antara karyawan suatu perusahaan dengan orang luar, tidak termasuk komunikasi internal.
       Definisi Komunikasi Internal berdasarkan Onong Uchjana Effendy (1999:122) adalah:
       “ Interchange of ideas among the administrators and its particular structure (Organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm which gets work done (Operation and management) “.
       Pengertiannya yaitu pertukaran gagasan diantara para direktur dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan, lengkap dengan strukturnya yang khas (Organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical didalam perusahaan atau jawatan yang mengakibatkan pekerjaan berlangsung (Operasi dan manajemen). Bentuk komunikasinya adalah:
a. Komunikasi Vertikal (Vertical Communication)
Komunikasi Vertikal yaitu dari atas ke bawah (Downward Communication), dan dari bawah ke atas (Upward Communication), yaitu komunikasi secara timbal balik dari pimpinan ke karyawan dan dari karyawan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertical, pimpinan memperlihatkan instruktur, petunjuk, informasi, dan lain-lainnya kepada karyawan. Sebaliknya karyawan memperlihatkan laporan, saran, pengaduan dan sebagainya kepada pimpinan. Komunikasi semacam in biasanya akan efektif dan umpan baliknya selalu muncul. Umpan balik (Feed back) yaitu suatu cara untuk menguji seberapa jauh informasi yang dikomunikasikan itu sanggup dimengerti.
Sarana umpan balik yang efektif mulai dari keterbukaan pimpinan untuk mau mendapatkan atau menanggapi saran, kritik, masukan dan sejenisnya dari karyawan sebagai pihak yang mendapatkan informasi, perintah, instruksi atau keputusan. Selain adanya keterbukaan pimpinan harus ditunjang pula dengan adanya kesediaan pimpinan untuk membantu mengatasi dilema atau kesulitan karyawan dalam hal pekerjaan, sehingga diharapkan kekerabatan kerja antara pimpinan dengan karyawan akan serasi dan komunikatif.
Pada umumnya dalam komunikasi vertical ini, para karyawan baik atasan maupun bawahan sanggup mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan-keputusan, sehingga dengan demikian mereka merasa ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan. Hal lain yang sanggup menunjang terciptanya umpan balik yaitu suasana lingkungan pada dikala komunikasi berlangsung. Apabila tercipta suasana yang serasi dan dekat antara pimpinan dengan karyawan, maka secara otomatis umpan balik akan efektif.
b. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)
Komunikasi horizontal yaitu komunikasi secara mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf, karyawan dengan sesama karyawan dan sebagainya. Tujuan komunikasi horizontal yaitu untuk melaksanakan koordinasi. Manfaat lainya yaitu memungkinkan karyawan untuk menjalin komunikasi dengan rekan-rekannya. Hubungan ini merupakan kepingan penting dari kepuasan karyawan. Berbeda dengan komunikasi vertical yang sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal sering kali berlangsung tidak formal.
Antara komunikasi vertical dengna komunikasi horozontal terkadang terjadi apa yang disebut komunikasi silang (Cross/Diagonal Communication) yaitu komunikasi antara pimpinan suatu kepingan dengan pegawai kepingan lain. Maksud dari komunikasi ini yaitu untuk berdiskusi atau bersosialisasi dengan rekan kerja secara informal, dan biasanya terjadi pada waktu luang atau diluar jam kerja.
Pelaksanaan komunikasi internal yang baik sanggup melalui langkah-langkah yang bisa dijadikan indikator yaitu Downward Communication, Upward Communication dan Horizontal Communication. Ukuran menyerupai penyampaian instruksi atau perintah dari atasan, umpan balik dari bawahan, kendala dalam berkomunikasi, keterbukaan atasan dalam mencapai usulan atau masukan, kesediaan atasan dalam membantu mengatasi kesulitan karyawan, kekerabatan kerja dengan atasan, kesempatan untuk bersosialisasi secara informal dan suasana lingkungan .
Dengan pelaksanaan komunikasi internal yang baik maka diharapkan sanggup meningkatkan prestasi kerja karyawan. Prestasi kerja yaitu sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan seseorang atau sekelompok orang. Dalam kaitan dengan skripsi ini, prestasi kerja yaitu hasil yang dicapai karyawan dalam bekerja, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Menurut John R. Schemerhorn, Jr (1993:338) didefinisikan:
“ Job performance is the quantity and quality of task accomplishments by an individual or group at work “.
Pengertiannya bahwa prestasi kerja yaitu kuantitas dan kualitas pekerjaan yang sanggup diselesaikan oleh individu atau kelompok dalam bekerja. Factor prestasi kerja pertanda ukuran yang sanggup diprediksikan dalam suatu pekerjaan dan bertindak sebagai saran untuk menilai efektivitas individu, kelompok dan organisasi. Prestasi kerja individu perusahaan mempunyai andil yang besar terhadap pencapaian tujuan atau target yang telah ditetapkan. Tanpa prestasi kerja yang baik disetiap tingkat organisasi, maka pencapaian tujuan dan keberhasilan organisasi menjadi suatu yang sangat sulit. 
Prestasi kerja karyawan sanggup dilihat dengan cara melaksanakan penelitian terhadap indicator prestasi kerja yaitu hasil kerja, karakteristik pribadi, dan kemampuan atau keterampilan. Ukuran yang dipakai kuantitas dan kualitas untuk hasil kerja, kesetiaan, kesadaran dan kejujuran untuk karakteristik pribadi, tanggung jawab dan inisiatif untuk kemampuan atau keterampilan.
Dengan pelaksanaan komunikasi internal yang baik dan bisa menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan yang bisa timbul, diharapkan akan meningkatkan prestasi kerja karyawan dilihat dari penilaian terhadap indicator prestasi kerjanya.
       Ditinjau dari sudut pandang manajemen, berdasarkan Keith Davis dan John W. Newstrom (1992:151), semua tindakan pimpinan harus melewati leher botol komunikasi. Semua gagasan besar administrasi hanya merupakan pikiran dibelakang meja hingga manajer sanggup menerapkannya melalui komunikasi. Tanpa dikomunikasikan planning sebagus apapun tidak akan  berharga.
       Lebih lanjut lagi Keith Davis dan John W. Newstrom (1992:151) menyatakan bahwa : “Apabila komunikasi efektif, ia sanggup mendorong timbulnya prestasi lebih baik dan kepuasan kerja”. Orang-orang memahami pekerjaan mereka secara lebih baik dan merasa puas dalam pekerjaan itu.
       Dengan demikian komunikasi umumnya dan komunikasi internal yang efektif khususnya, akan mendorong timbulnya prestasi kerja karyawan sanggup lebih memahami pekerjaan mereka sehingga hasil kerja mereka pun akan lebih baik. Selain itu mereka sanggup menyumbangkan wangsit dan pikirannya, sehingga mereka merasa lebih terlibat dan diakui keberadaannya dalam perusahaan. 
       Hal ini akan mendorong mereka semakin loyal dan berusaha memperlihatkan kontribusinya seoptimal mungkin melalui prestasi kerja terbaik yang bisa diberikannya.  
Berdasarkan uraian pada kerangka aliran diatas dibuat suatu gambar kerangka aliran yang disajikan 
1.5.2  Hipotesis
       Untuk mengetahui kekerabatan antara variabel apakah terdapat kekerabatan yang kuat atau besar lengan berkuasa antara variabel X dan Y, maka dilakukan uji hipotesis. Berdasarkan aliran di atas maka penulis memperlihatkan hipotesis bahwa “Komunikasi Internal Dapat Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan”. Dengan demikian, secara sistematis hipotesis tersebut sanggup dirumuskan sebagai berikut:
a. Hipotesis Nol (HO)
HO  :  ρ  = O Komunikasi Internal tidak berperan dalam meningkatkan  prestasi kerja karyawan.
b. Hipotesis Satu (H1)
HA : ρ ≠ O Komunikasi Internal berperan dalam meningkatkan  prestasi kerja karyawan.

1.6 Lokasi Dan Waktu Penelitian
       Untuk mendapatkan materi yang diharapkan dalam penelitian ini, penulis mengadakan penelitian di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Bandung yang berada di Jl. Surapati No. 122 Bandung. 
       Adapun waktu penelitian pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Bandung tersebut dilaksanakan bulan Mei 2004 hingga bulan Agustus 2004.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1  Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
       Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya perusahaan, karyawan dan masyarakat. Secara umum administrasi mempunyai dua pengertian utama yaitu :
Manajemen sebagai seni dan ilmu. Manajemen sebagai seni yaitu bahwa seseorang yang berguru administrasi tidak niscaya akan menjadi seorang manajer yang baik. Dengan kata lain menjadi seorang manajer yang baik haruslah mempunyai talenta sebagai seorang pemimpin disamping berguru ilmu pengetahuan administrasi lantaran itulah administrasi dikatakan sebagai seni. Manajemen dikatakan sebagai ilmu pengetahuan lantaran administrasi memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan antara lain administrasi memakai kebenarana, contohnya memakai metode deduksi dan metode induksi.
       Henry Fayol beropini bahwa unsur-unsur administrasi yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengontrolan. Sedangkan Cyril O’Donnell beropini bahwa unsur-unsur administrasi yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengontrolan.
       Perencanaan untuk menempatkan terlebih dahulu apa yang akan dilaksanakan dalam batas waktu tertentu untuk mencapai tujuan. Pengkoordinasian yaitu mengadakan kekerabatan yang sempurna antara seluruh tenaga kerja dengan maksud biar mereka bekerja secara efisien dalam mencapai tujuan yang sesuai ditentukan sebelumnya. Penyusunan berarti menyusun tenaga kerja sedemikian rupa sehingga tersedia tenaga kerja dalam kualitas dan kuantitas yang direncanakan. Pengontrolan yaitu mengawasi dan memperbaiki tindakan yang salah dari bawahan biar apa yang sedang dikerjakan sesuai dengan yang direncanakan.
       Manajemen sering diartikan sebagai ilmu dan seni untuk mencapai tujuan melalui kegiatan organisasi lain. Dengan demikian manjemen hanya sanggup dilaksanakan bila dalam pencapaian suatu tujuan banyak organisasi yang melibatkan diri. 
       Manajemen sumber daya insan yaitu suatu bidang yang khusus mempelajari kekerabatan dan peranan insan dalam organisasi perusahaan. Unsur sumber daya insan yaitu bahwa insan atau tenaga kerja pada suatu perusahaan, insan berperan aktif dalam setiap kegiatan organisasi, lantaran insan menjadi perencana, pelaku kegiatan organisasi. 
       Pada prinsipnya administrasi personalia yaitu administrasi yang menekankan perhatiannya pada dilema kepegawaian atau personalia dalam suatu perusahaan. Manajemen personalia mempelajari bagaimana memperlihatkan akomodasi untuk perkembangan pekerjaan dan partisipasi dalam suatu aktivitas.
       Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis mengutip dan mengemukakan beberapa pengertian dan definisi administrasi sumber daya insan yang dikemukanan oleh para ahli, diantaranya :
1. Alex S. Nitisemito (1996:11) menyatakan bahwa : “Manajemen personalia yaitu suatu ilmu seni untuk melaksanakan antara lain planning, organizing, controlling, sehingga efektivitas dan efisiensi personalia sanggup ditingkatkan semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan”.
2. Mosses N. Kinggudu yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes (1995:4) menyampaikan bahwa : “Manajemen sumber daya insan yaitu pengembangan dan penempatan personil atau pegawai bagi pencapaian yang efektif mengenai sasaran-sasaran, tujuan-tujuan individual, organisasi masyarakat nasional dan internasional”. 
3. Edwin B. Flippo yang dikutip oleh T. Hani Handoko (1994:3) menyatakan bahwa : “Manajemen sumber daya insan yaitu perencanaan pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan, pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya insan biar tercapai banyak sekali tujuan individu, organisasi dan masyarakat”.

       Dari klarifikasi beberapa definisi Manajemen Sumber Daya Manusia diatas disimpulkan bahwa:
1. Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu seni atau ilmu untuk melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia.
2. Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia terdiri dari fungsi operasional dan fungdi manajerial.
3. Pelaksanaan fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia atau administrasi personalia bertujuan untuk mencapai tujuan perusahaan, individu dan masyarakat.
4. Pelaksanaa fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia bertujuan untuk mencapai hasil secara maksimal, sesuai dengan tujuan organisasi, dengan cara melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia tersebut secara efektif dan efisien.





2.1.2  Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
       Secara garis besar Manajemen Sumber Daya Manusia mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi manajerial dan fungsi operasional Edwin B. Flippo mengemukakan fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai berikut:
Fungsi Manajerial
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan yaitu menentukan acara kerja yang akan membantu tercapainya tujuan perusahaan dan tujuan dari setiap pegawai yang ada dalam organisasi.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian yaitu kegiatan atau mengorganisasikan semua karyawannya dengan menentukan pembagin kerja, kekerabatan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi dalam kepingan organisasi.
3. Directing (Pengarahan)
Pengarahan yaitu suatu kegiatan yang mengarahkan semua karyawan, biar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujunan perusahaan.
4. Controlling (Pengendalian)
Pengendalalian yaitu suatu kegiatan untuk mengendalikan semua karyawan biar mematuhi peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana.
Bila terjadi penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan atau penyempurnaan rencana. Pengendalaian karyawan ini meliputi kehadiran, disiplin, perilaku, kerja sama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
Fungsi Operasional
1. Procurement (Pengadaan tenaga kerja)
Pengadaan Sumber daya insan yaitu merupakan dilema yang sangat penting, sulit dan kompleks lantaran untuk mendapatkan dan menempatkan orang-orang yang serasi serta efektif tidaklah mudah. Pengadaan tenaga kerja yaitu perjuangan memperoleh karyawan dan jumlah tenaga kerja yang sempurna dari personalia yang diharapkan untuk menyesuaikan target organisasi.
2. Development (Pengembangan)
Pengembangan yaitu peningkatan keterampilan melalui pembinaan untuk meningkatkan prestasi.
3. Compensation (Kompensasi)
Kompensasi yaitu pembagian balas jasa yang memadai dan layak bagi tenaga kerja untuk sumbangan mereka kepada tujuan organisasi.
4. Integration (Integrasi)
Integrasi merupakan perjuangan adaptasi antara harapan individu dan kelompok serta koordinasi dengan harapan orang maupun masyarakat dimana manajer mempengaruhi sikap dan harus memahami perasaan dari para karyawannya sehingga sanggup bermanfaat bagi kepentingan perusahaan.

5. Maintenance (Pemeliharan)
Merupakan perjuangan untuk mempertahankan dan menjaga karyawan yang telah serta memperbaiki kondisi kerja untuk meningkatkan prestasi yang lebih baik yang menekankan kepada acara pelayanan karyawan, keselamatan, dan kesehatan serta kesejahteraan karyawan.
6. Sepantion (Pemutusan Hubungan Kerja)
Pemutusan kekerabatan kerja yaitu organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pemutusan hubungann kerja sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan, dan menjamin bahwa warga masyarakat itu berada dalam keadaan sebaik mungkin.

2.2  Pengertian Komunikasi
       Komunikasi yaitu pengalihan informasi dari satu orang ke orang lain. Komunikasi merupakan cara untuk memberikan sesuatu kepada orang lain baik berupa ide, fakta, pikiran, serta nilai-nilai. Komunikasi yang baik yaitu jalinan pengertian antara pihak yang satu dengan yang lainnya, sehingga apa yang di komunikasikan sanggup dimengerti, dipikirkan dan akibatnya dilaksanakan. 
       Dengan mengadakan komunikasi, setiap insan sanggup memberikan dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan, inginkan, dan yang diharapkan. Begitu pula halnya dengan perusahaan, sudah niscaya membutuhkan insan yang mana kelompok orang tersebut harus berafiliasi satu dengan yang lain melalui komunikasi biar sanggup diperoleh koordinasi, sehingga perusahaan sanggup melaksanakan perjuangan demi mencapai tujuan serta perkembangan sesuai dengan perubahan dalam masyarakat yang mengharuskan adanya perubahan di dalam organisasi, atau perusahaan itu sendiri. Untuk lebih jelasnya penulis akan memperlihatkan pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli, yang diantaranya adalah:
1. Harold Koontz dan Heinz Weihrichr yang dikutip oleh Winardi (1993:141), mendefinisikan komunikasi seebagai berikut: “ komunikasi yaitu transfer informasi dari pihak pengirim pesan ke pihak penerima, dimana informasi tersebut dipahami oleh sang penerima”.
2. Gibson (1990:436) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut: “ komunikasi yaitu proses penyampaian informasi dan pengertian dengan memakai gejala yang bersifat verbal maupun tulisan”.
3. Onong Uchjana (1995:1777) mengemukakan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan memakai lambang-lambang yang bermakna sama bagi kedua belah pihak.

       Dari definisi diatas, maka sanggup disimpulkan bahwa komunikasi merupakan penyampaian pengertian antara si pembawa info dengan si peserta info yang keduanya saling memahami dan mengerti, penyampaian itu baik bersifat verbal maupun tulisan. Jika kedua belah pihak telah saling pengertian dan saling memahami maka komunikasi yang dilakukan oleh suatu organisasi akan berjalan dengan baik dan benar.
       Apabila anggota perusahaan tidak sanggup melaksanakan komunikasi dengan baik maka rencana-rencana, instruksi-instruksi dan sasaran-sasaran menjadi simpang siur. Koordinasi atas pekerjaan tidak sanggup dilakukan dan pada akibatnya perusahaan akan mengalami kesulitan. Demikian halnya dengan kerjasama tanpa adanya komunikasi, suatu pekerjaan tidak akan terwujud. Dari pihak manajemen, keseluruh tindakan administrasi yang meliputi perencanaan hingga pengawasan harus dikomunikasikan dengan baik.

2.2.1  Unsur-unsur Komunikasi
       Dalam suatu proses komunikasi, terdapat beberapa unsur pokok yang merupakan penunjang adanya komunikasi. Menurut Stoner (1994:140) unsur-unsur tersebut adalah:
1. Pengirim (Sender), pengirim atau sumber pesan memprakarsai komunikasi. Dalam sebuah organisasi, pengirim yaitu seorang yang mencapai informasi, kebutuhan atau harapan dan sebuah maksud untuk disampaikan satu atau lebih orang.
2. Penyandian (Encoding), dengan mengetahui komunikator, maka kita sanggup mengajukan keproses pembuatan sandi. Komunikator harus melaksanakan proses pembuatn sandi yang menterjemahkan gagasan, komunikator kedalam serangkaian tanda yang sistematis, yakni kedalam suatu bahasa yang menyatakan maksud komunikator. Bentuk utama dari sandi yaitu bahasa.
3. Pesan (Message), hasil dari proses pembuatan sandi yaitu pesan. Maksud komunikator dinyatakan dalam bentuk pesan. Pesan tersebut bersifat verbal atau bukan lisan. Makara pesan yaitu apa yang diharapkan oleh komunikator untuk disamapaikan kepada peserta tesebut, dan bentuk yang sempurna sebagian besar tergantung dari jalur (medium) yang dipakai untuk memberikan pesan. 
4. Saluran (Channel), yaitu media pengirim dari satu orang ke orang lain, jalan masuk sering tidak sanggup dipisahkan dari pesan. Agar komunikasi efektif dan efisien, jalan masuk harus sesuai dengan pesan. Walaupun mempunyai banyak sekali jalan masuk yang tersedia, manajer mungkin tidak selalu memakai salah satu jalan masuk yang paling efektif. Pilihannya mungkin dituntun oleh kebiasan atau prepensi pribadi. Maka dalam menentukan jalan masuk yang tepat, manajer harus menetapkan apakah kejelasan atau umpan balik yang lebih dipentingkan.
5. Penerima (Receiver), yaitu orang yang inderanya menangkap pesan pengirim. Pesan harus diubahsuaikan dengan latar belakang penerima. Jika pesan tidak hingga pada penerima, komunikasi tidak terjadi. 
6. Pengartian sandi (Decoding), pengartian sandi atau penguraian isi sandi yaitu proses peserta menafsirkan pesan dan menterjemahkannya kedalam informasi yang bermakna. Pada umumnya, semakin pengartian sandi peserta sesuai dengan pesan yang dimaksudkan pengirim, semakin efektif komunikasi tersebut.
7. Gaduh (Noise), Gaduh atau berisik yaitu salah satu factor yang mengacaukan, membuat rancu atau mengganggu komunikasi. Gangguan terebut sanggup bersifat intern menyerupai apabila seseorang peserta tidak memperlihatkan perhatian atau ekstern menyerupai apabila pesan tersebut diganggu oleh bunyi yang lain dalam lingkungan. Gaduh sanggup terjadi pada setiap tahap proses komunikasi, lantaran gaduh sanggup mengacukan pemahaman. Seorang manajer harus berupaya mengatasinya hingga pada suatu tingkat yang memungkinkan komunikasi yang efektif. 
8. Umpan balik (Feed back) yaitu suatu pembalikan proses komunikasi dimana reaksi terhadap komunikasi pengirim dinyatakan. Umpan balik sanggup ditampilkan dalam banyak sekali bentuk, yang berkisar dari umpan balik eksklusif menyerupai pernyataan verbal yang sederhana bahwa pesan telah diterima, hingga dengan umpan balik tidak eksklusif yang dinyatakan melalui tindakan dalam kebanyakan komunikasi makin besar umpan balik makin efektif komunikasi yang terjadi. 
Unsur-unsur tersebut menggambarkan urutan kegiatan yang harus dilakukan dan diperhatikan dalam setiap kegiatan komunikasi, kecuali unsur keatas yaitu kegaduhan. Unsur diatas harus ada  dalam setiap proses komunikasi biar terwujud suatu komunikasi yang efektif.
Gambar 2.1. menggambarkan sebuah model komunikasi menyerupai yang dikemukakan oleh Stoner (1994:141):

    Mengirim                   Pesan                      Pesan                                  Menerima       

                                             
             Gaduh
                                             Umpan Balik
Menerima       Mengirim
Gambar 2.1 
 Model Komunikasi


2.2.2  Proses Komunikasi
       Proses umum dari komunikasi disajikan kedalam gambar 2.2 menyerupai yang dikemukakan oleh Gibson (1994:436) 

      Siapa Menyatakan apa Bagaimana caranya Kepada siapa
  Komunikator         Pesan        Medium              Penerima


 Umpan balik
Atas hasilnya
Sumber: Gibson (1990 : 436)

Gambar 2.2
Proses Komunikasi
       Secara singkat uraian proses komunikasi diatas sebagai berikut : 
1. Setiap komunikasi haruslah mempunyai suatu tujuan dan  pengirim (sender) atau komunikator yang menjadi sumber
2. Kemudian komunikasi tersebut menyampaikan atau memberikan sesuatu, dalam hal ini pesan yang merupakan seperangkat lambang atau gejala bermakna dan mempunyai arti
3. Lambang dan gejala tersebut disalurkan melalui suatu jalan masuk mediator (medium), yaitu jalan masuk komunikasi daerah berlalunya pesan komunikator kepada komunikan
4. Penerima (komunikan), yaitu orang yang mendapatkan pesan dari komunikator
5. Jika pengirim dan peserta mempunyai tingkat pengalaman dan latar belakang yang hampir sama, maka kesempatan untuk mengerti akan lebih banyak dan terjadi umpan balik yaitu hasil atau dilihat dari komunikasi bagi sipengirim untuk melihat apakah pesannya dimengerti sehingga sanggup merubah tingkah laku.

2.2.3  Metode Komunikasi
       Dalam melaksanakan metode komunikasi ada bermacam metode, sehingga sanggup diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Komunikasi dipandang dari ada atau tidaknya umpan balik
2. Komunikasi dipandang dari sudut formalitasnya
3. Komunikasi dipandang dari panjangnya jalan masuk yang digunakan
4. Komunikasi dipandang dari cara penyampaiannnya

Uraian yang lebih lanjut dari pengklasifikasian yaitu sebagai berikut : 
1. Komunikasi dipandang dari ada atau tidaknya umpan balik, sanggup dibagi menjadi dua yaitu :
a. Komunikasi satu arah (One way communication) 
Dalam komunikasi ini pengirim mengkomunikasikan tanpa mengharapkan umpan balik, biasanya ini terjadi dalam hal pemberian instruksi dan dalam hal pemberitahuan.
Kebaikannya :  
1. Memakan waktu relatif sedikit daripada komunikasi dua arah
2. Biasanya dipakai dalam hal pemberian instruksi atau pemberitahuan
3. Komunikasi ini dilaksanakan apabila penampilan yang diutamakan


Keburukannya :
1. Keterampilan hasil atau target kurang efektif atau tidak terjamin
2. Banyaknya karyawan terutama bawahan yang frustasi
3. Sering dilaksanakan untuk mempertahankan kekuasaan dalam arti negatif
4. Sebelum dikomunikasikan, pesan harus disusun sedemikian rupa biar tidak terjadi salah pengertian atau salah taksiran menerima.
b. Komunikasi dua arah (Two way communication)
Dalam komunikasi ini pengirim mengirim pesannya dan mengharapkan peserta memperlihatkan umpan balik.
Kebaikannya :
1. Ketepatan dalam mencapai target lebih terjamin
2. Penerima akan lebih yakin akan dirinya sendiri dan  keputusannya
3. Komunikasi dua arah kurang menuntut perencanaan dan sistematika yang sempurna alasannya yaitu bila ada kekurangan pengirim sanggup mengoreksi dan merubah cara penyampaiannya bila berubah kesalahan atau bila kurang mendapat respon.
4. Penerima sanggup melihat tingkat kecerdasan dan keterampilan pengirim.



Keburukannya :
1. Komunikasi memakan waktu relatif lebih usang lantaran banyak instruksi-instruksi atau selain yang diakibatkan oleh banyaknya perbedaan pendapat
2. Pengirim sanggup lebih gampang diserang lantaran peserta sanggup melihat kesalahan pengirim
       Oleh lantaran itu pemakaian komunikasi satu arah ataupun dua arah bisa dikatakan tergantung pada situasi dan kondisi serta target yang akan dicapai, akan tetapi penggunaan komunikasi dua arah dalam perusahaan atau organisasi cenderung menghasilkan komunikasi lebih efektif, alasannya yaitu semua anggota ikut berpartisipasi.
Dalam perusahaan atau organisasi yang lebih banyak memakai komunikasi satu arah cenderung mencerminkan gaya kepemimpinan yang otokratif. Sedangkan dalam perusahaan yang lebih banyak memakai komunikasi dua arah cenderung mencerminkan gaya kepemimpinan yang demokratis.
2. Komunikasi dipandang dari sudut formalitasnya
Dipandang dari sudut formalitasnya komunikasi tersebut sanggup dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Komunikasi Formil
Bentuk komunikasi formil terjadi lantaran alasannya yaitu akhir dari adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang telah ditetapkan oleh administrasi di dalam struktur organisasi dan uraian jabatan.
b. Komunikasi Informil
Komunikasi informal terbentuk lantaran adanya kekerabatan pribadi biasanya terjadi secara impulsif sehingga tidak sanggup dibubarkan secara formal. Bentuk komunikasi informal ini tidak sanggup berdasarkan struktur organisasi sehingga tidak mengikuti garis wewenang dan tanggung jawab. Pada umumnya komunikasi ini muncul dalam suatu organisasi atau perusahaan lantaran informasi yang mengalir dalam perusahaan secara formal tidak memadai dan tidak memungkinkan keuntungan, dengan adanya komunikasi informil yaitu sikap karyawan lebih terbuka lantaran timbulnya perasaan lebih akrab, lebih erat rasa kekeluargaannya, sikap lebih santai sehingga terlihat lebih luwes. Tetapi disamping laba tersebut juga menimbulkan kelemahan yaitu menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan menyerupai adanya desas desus yang tidak benar dikarenakan sumber informasi yang tidak jelas.
3. Komunikasi dipandang dari sudut panjangnya saluran
Komuniksi dipandang dari sudut panjangnya jalan masuk harus dilalui, dibagi menjadi dua yaitu :
1. Komunikasi Langsung
Dikatakan sebagai komunikasi eksklusif apabila pengirim dan peserta pesan berafiliasi secara langsung.
2. Komunikasi tidak langsung
Dikatakan sebagai komunikasi tidak eksklusif apabila antara pengirim dan peserta pesan tidak berafiliasi secara eksklusif tetapi melaui mediator pihak ketiga. Dibandingkan dengan komunikasi langsung, komunikasi tidak eksklusif lebih banyak mendapat kendala menyerupai contohnya penyaringan informasi, pengurangan atau penambahan kata atau kalimat yang tidak sanggup merubah arti semula, sehingga timbul kesalah pahaman. Semakin panjang rantai mediator semakin lebih besar terjadinya penyimpangan informasi.
4. Komunikasi dipandang dari sudut cara penyampaiannya
Komunikasi sanggup dibagi menjadi komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Yang dimaksud komunikasi verbal yaitu komunikasi dalam bentuk tulisan, sedangkan komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diekspresikan dengan bahasa isyarat dan dalam bentuk simbol-simbol. Di dalam setiap organisasi atau perusahaan penyampaian melalui komunikasi verbal mutlak digunakan. Walaupun secara teoritis dibedakan antar komunikasi verbal dan komunikasi non verbal, tetapi dalam prakteknya keduanya sering dipakai bersama-sama. Maksudnya ialah komunikasi non verbal sering dipakai yang menyangkut penyampaian maksud. Misalnya kita menyatakan “Ya”, tanpa sadar kita sudah menganggukan kepala, demikian pula bila kita menyatakan “Tidak”, tanpa sadar kita menggelengkan kepala.
5. Komunikasi dipandang dari struktur organisasi
      Dipandang dari struktur organisasi komunikasi sanggup dibedakan  menjadi:
a. Komunikasi ke bawah


b. Komunikasi ke atas
c. Komunikasi ke samping

2.2.4  Hambatan-hambatan Komunikasi 
       Komunikasi dikatakan berhasil apabila apa yang dikomunikasikan dimengerti atau dengan kata lain komunikasi dikatakan efektif apabila peserta menafsirkan serta melaksanakan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim.
       Namun tidaklah gampang untuk membuat suatu komunikasi yang efektif tersebut, lantaran adanya hambatan-hambatan dalam berkomunikasi. Hambatan penurunan isi dan mutu komunikasi terjadi pada dikala diartikan atau diinterprestasi oleh penerima.
       Hambatan komunikasi berdasarkan Stephen P. Robbins, meliputi:
a. Filtering
Penerima pesan tidak sanggup mendapatkan pesan secara utuh, lantaran pesan telah mengalami penyaringan.
b. Selective Perception
Setiap orang mempunyai penafsiran yang berbeda-beda, sehingga penafsiran terhadap suatu pesan yang sama sanggup berbeda-beda.
c. Emotion
Factor emosi sanggup mengakibatkan penerimaan dan penafsiran pesan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pengirim pesan. Bila peserta pesan sedang dalam keadaan murka atau sedih, maka maksud yang baik pun sanggup diartikan.
d. Language
Bahasa merupakan unsur penting dalam komunikasi. Bila peserta pesan tidak memahami bahasa yang dipakai oleh pengirim pesan maka tidak akan terjadi komunikasi yang baik. Selain itu, bahasa mempunyai keterbatasan tertentu, yang tidak sanggup digambarkan semua maksud pengirim pesan.
       Hal ini sanggup menimbulkan terjadinya penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan maksud pengirim pesan, sehingga menimbulkan peserta pesan tidak sanggup menangkap maksud pengirim pesan.
       Namun secara umum, kendala komunikasi sanggup dikelompokan menjadi:
1. Hambatan Individual
Umumnya disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dalam hal ini:
a. Perbedaan pengamatan atau dasar pandangan
b. Perbedaan emosi
c. Kurangnya kemampuan mendengar
d. Kurangnya kemampuan membaca
e. Perbedaan status
f. Hambatan psikologis
2. Hambatan Mekanis
Merupakan kendala yang muncul sebagai akhir dari:
a. Struktur organisasi
b. Kurang jelasnya materi komunikasi
3. Hambatan Fisik
Merupakan kendala komunikasi yang berasal dari lingkungan, contohnya jarak bicara yang berjauhan, angin, bunyi bising, dan sebagainya.
4. Hambatan Semantik
Hambatan ini berasal dari keterbatasan simbol-simbol (bahasa). Terkadang bahasa sanggup menggambarkan maksud (ide) tertentu sehingga peserta sulit menterjemahkannya dalam proses decoding.

2.3  Pengertian Komunikasi Internal
       Agar komunikasi sanggup mencapai sasarannya, maka perusahaan sanggup memakai metode komunikasi yang tepat. Untuk menunjang keberhasilan dari metode komunikasi yang digunakan, berdasarkan Onong Uchjana Effendy (1999:122) perlu diperhatikan juga bahwa komunikasi dalam organisasi sanggup dikelompokan kedalam dua bentuk, yaitu:
1. Komunikasi Internal (Internal Communication)
2. Komunikasi Eksternal (Eksternal Communication)
       Menurut Lawrence D. Brennnun yang dikutip Onong Uchjana Effendy (1999:122), komunikasi internal didefinisikan sebagai berikut:
       “ Interchange of ideas among the administrators and its particular structure (organization) and interchange of ideas horizontally and vertically withim the firm which gets work done (operation and management).
       Pengertiannya yaitu pertukaran gagasan diantara para direktur dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan, lengkap dengan strukturnya yang khas (Organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical didalam perusahaan atau jawatan yang mengakibatkan pekerjaan berlangsung (Operasi dan manajemen). 
       Adapun ciri dari komunikasi internal yaitu berstruktur atau berhierarki, lantaran didalam organisasi terdapat jenjang kepangkatan atau garis hierarki yang mengakibatkan adanya pegawai yang memimpin dan yang dipimpin, maka dalam administrasi tidak saja terjadi komunikasi antara pegawai yang sama, status atau pangkatnya tetapi juga antara yang memimpin dan yang dipimpin.
       Komunikasi ini merupakan struktur yang vertical dan juga dalam komunikasi ini dikenal dengan adanya komunikasi formal dan komunikasi informal. Komunikasi formal mengikuti jalur kekerabatan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Komunikasi informal arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut.
       Proses kekerabatan komunikasi informal tidak mengikuti jalur structural, sehingga bisa terjadi seseorang yang struktur formalnya berada di bawah sanggup berkomunikasi dengan seseorang yang berada di tingkat pimpinan.

2.3.1  Bentuk Komunikasi Internal
       Komunikasi dibagai menjadi 3 (tiga) bentuk yaitu : Komunikasi Vertikal (Vertical Communication), Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication) dan Komunikasi Cabang atau Komunikasi Diagonal (Crosswise Communication).
1. Komunikasi Vertikal (Vertical Communication)
 Komunikasi Vertikal
              Komunikasi vertikal yaitu komunikasi dari atas ke bawah (Up word Communication). Komunikasi ke bawah yaitu proses komunikasi dari atasan (Pimpinan) ke bawah. Dalam proses komunikasi ke bawah ini pimpinan atau atasan memperlihatkan instruksi, petunjuk, pengarahan, informasi klarifikasi dan lain-lain pada bawahan. Komunikasi keatas yaitu proses komunikasi dari bawahan keatasan atau pimpinan. Dalam proses komunikasi keatas tersebut bawahan memperlihatkan laporan, informasi, gagasan, target dan sebagainya pada pimpinan atau atasan. Gabungan komunikasi keatas dan kebawah ini disebut komunikasi dua arah. Tentang adonan komunikasi ini Onong Uchjana Effendi menyebutkan : “Komunikasi vertikal yang timbal balik dua arah merupakan pencerminan kepemimpinan demokratis, suatu jenis kepemimpinan yang terbalik antara jenis-jenis kepemimpinan lainnya”.
2. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)
 Komunikasi Horisontal
       Komunikasi Horisontal ini terjadi antara individu-individu dengan karyawan yang mempunyai status atau peringkat yang sama dalam struktur organisasi misalnya: komunikasi antar staf, komunikasi antar karyawan menengah.

3. Komunikasi Cabang atau Komunikasi Diagonal (Crosswise Communication).
Komunikasi Diagonal
       Komunikasi Cabang atau Komunikasi Diagonal (Crosswise Communication) merupakan kombinasi Komunikasi Vertikal dengan Komunikasi Horizontal dan merupakan komunikasi individu atau karyawan yang berbeda pangkat atau status dan juga berbeda kepingan atau departemen. Misalnya antara kepala kepingan pembiayaan dengan seorang petugas keamanan yang secara struktural masuk dalam kepingan umum. Tujuan utama dari kepala cabang ini yaitu untuk memperlihatkan jalan masuk eksklusif untuk koordinasi keorganisasian dalam pemecahan dalam dengan cara ini menghindari mekanisme yang lebih lambat dari komunikasi-komunikasi eksklusif melaui suatu perintah atasan. Kepala cabang mempunyai laba yaitu penghematan waktu tetapi berkurangnya kontrol atas informasi yang mengalir keluar. Kadang-kadang terjadinya komunikasi yang menyimpang dari jalan birokrasi, contohnya pengaduan petugas keamanan tadi lantaran pangkatnya tidak diperhatikan oleh atasan langsung.

2.3.2  Jenis-jenis Komunikasi Internal
       Menurut Onong Uchjana Effendy (1999:125), komunikasi internal meliputi banyak sekali cara yang sanggup diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu:
1. Komunikasi Personal (Personal Communication)
2. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Uraiannya yaitu sebagai berikut:
1. Komunikasi Personal (Personal Communication)
Komunikasi personal yaitu komunikasi antara dua orang dan sanggup berlangsung dengan cara:
a. Komunikasi tatap muka 
Berlangsung secara dialogis saling menatap, sehingga terjadi kontak pribadi (personal contect). Dan ini disebut komunikasi antar personal (Interpersonal Communication). Oleh lantaran situasinya tatap muka, maka sikap, pendapat dan sikap seseorang. Efektifnya komunikasi personal dalam situasi komunikasi menyerupai itu ialah terjadinya personal contect yang memungkinkan komunikator mengetahui, memahami dan menguasai:
1)  Latar belakang atau kerangka awal (Frame of reference) komunikan selengkapnya
2)  Kondisi fisik dan mental komunikan sepenuhnya
3)  Suasana lingkungan pada dikala komunikasi berlangsung
4)  Tanggapan komunikasi secara langsung.
Dengan mengetahui, memahami dan menguasai hal-hal tersebut diatas seorang pimpinan atau atasan sebagai komunikator sanggup melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Mengontrol setiap kata dan kalimat yang diucap
2) Mengulangi kata-kata yang penting disesertai penjelasaan
3) Memantapkan pengucapan dengan sumbangan mimik dan gerak tangan 
4) Mengatur intonasi sebaik-baiknya
5) Mengatur rasio dan perasaan.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi antar personal tatap muka:
1)  Bersikaplah empatik dan simpatik
2)  Tunjukkanlah sebagai komunikator terpercaya
3)  Bertindaklah sebagai pembimbing, bukan pendorong
4)  Kemukakan fakta dan kebenaran
5)  Bercakaplah dengan gaya mengajak, bukan menyuruh
6) Jangan bersikap super
7) Jangan menganggap enteng hal-hal yang mengkhawatirkan
8) Jangan mengkritik
9) Jangan emosional
10) Bicaralah secara meyakinkan.
Demikian beberapa hal yang sanggup dijadikan pegangan dalam melaksanakan komunikasi antar personal secara tatap muka.

b. Komunikasi Personal Bermedia
Adalah komunikasi dengan memakai alat, umpamanya telepon atau memorandum. lantaran melalui alat, maka antara kedua orang tersebut tidak terdapat kontak pribadi.
2. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Komunikasi kelompok yaitu komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka. Seperti komunikasi yang terjadi dalam rapat, berunding, brainstorming dan upacara bendera. Komunikasi ini sanggup dibedakan menjadi:
a. Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication)
b. Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication)
Uraiannya yaitu sebagai berikut:
a. Komunikasi Kelompok Kecil
Adalah komunikasi antara seorang manajer dengan sekelompok karyawan yang memungkinkan terdapat kesempatan bagi salah seorang karyawan yang memperlihatkan tanggapan secara verbal.
Menurut Robert. F. Bales yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy (1999:127), mendefinisikan kelompok kecil sebagai 
“ Sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup ketara, sehingga ia baik pada surat timbulnya pertanyaan maupunsesudahnya sanggup memperlihatkan tanggapan kepada masing-masing sebagai perseorangan ”.

Keuntungan berkomunikasi dengan kelompok kecil:
a. Terdapat kontak pribadi
b. Umpan balik bersifat langsung
c. Suasana lingkungan komunikasi sanggup diketahui
Kerugian berkomunikasi dengan kelompok kecil:
a. Frame of reference komunikasi tidak diketahui secara individual
b. Kondisi fisik dan mental komunikan tidak dipahami secara individual.
Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam melaksanakan komunikasi kelompok kecil tatap muka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Ada persiapan yang seksama sebelum berkomunikasi
2. Peliharalah kontak pribadi selama berkomunikasi 
3. Tunjukan diri sebagai komunikator terpercaya
4. Bicaralah dengan jelas, tegas dan meyakinkan
5. Hormatilah kritik komunikan
6. Janganlah bersifat super
7. Jangan mengkritik
8. Jangan ngotot
9. Jangan emosional

b. Komunikasi Kelompok Besar
Adalah kelompok komunikan yang lantaran jumlahnya banyak, dalam suatu situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memperlihatkan tanggapan secara verbal. Denngan perkataan lain dalam komunikasi ini, kecil sekali kemungkinan bagi komunikator untuk berdialog dengan komunikan.
Dalam komunikasi internal suatu perusahaan jarang seklai terjadi komunikasi kelompok besar kecuali dalam upacara bendera yang sering dipergunakan oleh seorang pimpinan untuk memperlihatkan informasi yang sifatnya umum, berkaitan dengan kepentingan seluruh karyawan. Dalam hal-hal tertentu, seorang pimpinan berkesempatan tampil dalam lembaga menghadapi kelompok besar menyerupai dalam konferensi atau kongres.

2.4  Prestasi Kerja
       Kelangsungan hidup suatu perusahaan sangat bergantung kepada pegawai dalam melaksanakan pekerjaan, lantaran pegawai merupakan unsur perusahaan terpenting yang harus mendapat perhatian. Pencapaian tujuan perusahaan menjadi kurang efektif apabila banyak pegawai yang tidak berprestasi dan tentu saja akan menimbulkan pemborosan perusahaan, oleh lantaran itu prestasi kerja harus benar-benar diperhatikan.

2.4.1  Pengertian Prestasi Kerja
       Ada banyak sekali definisi perihal prestasi kerja yang dikemukakan oleh para pakar manajemen, diantaranya:
       John R, Schemerhorn. Jr (19993:338) berpendapat:
       “ Job performance is the quantity and qualitas of task accomplishments by an individual or group at work “.
       Pengertiannya: ” Prestasi kerja yaitu kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diubahsuaikan oleh individu atau kelompok dalam bekerja “. 
       Definisi berdasarkan Agus Dharma (1991:1) yaitu:
       “ Prestasi kerja yaitu suatu yang dikerjakan atau produk dan jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang “.
       Di Indonesia pengertian prestasi kerja berdasarkan PP RI No. 10 Tahun 1979 pasal 4 yaitu sebagai berikut:
       “ Penilaian prestasi yaitu hasil kerja yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil dalam melaksanakan kiprah yang dibebankan kepadanya “.
       Dari pendapat-pendapat diatas sanggup diambil kesimpulan bahwa prestasi kerja yaitu pelaksanaan pekerjaan pegawai yang sanggup dinilai perkembangannya melalui penilaian sistematis oleh pihak yang berwenang. Bambang Wahyudi (1996:101) beropini bahwa penilaian prestasi kerja (Job Performance) seorang tenaga kerja merupakan suatu yang dievaluasi secara periodic dan sistematis. Untuk mengetahui serta membedakan hasil pelaksanaan pekerjaan seorang karyawan dengan karyawan lainnya perlu diadakan penilaian prestasi kerja sesuai dengan standar masing-masing pegawai. Pegawai yang berprestasi baik sangat membantu perusahaan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
2.4.2  Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja 
       Pemilihan factor-faktor yang dipakai dalam menilai suatu prestasi kerja pegawai merupakan hal yang sulit dan membutuhkan pertimbangan yang mendalam dari pihak manajemen, sehingga tiap perusahaan mempunyai kriteria yang berbeda dalam menentukan faktor-faktor ini lantaran harus disesuikan dengan kebijaksanaan perusahaan itu sendiri.
       Dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja pegawai, setiap perusahaan mempunyai kebijaksanaan yang berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Pada kenyataannya perusahan-perusahaan menilai dasar yang sama sesuai dengan teori-teori prestasi kerja yang ada. Tidak semua teori yang membedakan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
        Factor-faktor yang mempengaruhi dalam menilai prestasi kerja pegawai berdasarkan Flippo (1993:250) adalah:
1. Quality of work (Kualitas pekerjaan)
Merupakan ketelitian atau ketepatan dari hasil yang telah dikerjakan pegawai.
2. Quantity of work (Kuantitas pekerjaan)
Merupakan seberapa banyak dan cepat output atau keluaran yang sanggup diselesaikan oleh pegawai dalam suatu periode tertentu.
3. Dependability (Ketangguhan)
Seberapa besar tanggung jawab dan rasa percaya diri untuk menuntaskan suatu pekerjaan serta inisiatif dari pegawai tersebut.
4. Attitude (Sikap mental)
Bagaimana sikap atau karakteristik pribadi dari pegawai, kerja samanya, pemanfaatan waktunya.

2.4.3  Penilaian Prestasi Kerja
       Penilaian prestasi kerja merupakan alat administrasi sumber daya insan yang dipakai untuk mengetahui sumber daya insan yang dimiliki organisasi pada periode tertentu sekaligus untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya dengan kebutuhan sumber daya insan pada periode yang sama.
       Menurut Bambang Wahyudi (1996:101), secara umum penilaian prestasi kerja sanggup diartikan sebagai suatu penilaian yang dilakukan secara periodic dan sistematis perihal prestasi kerja seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya.
       Beberapa inti dari penilaian prestasi kerja adalah:
1. Penilaian prestasi kerja mempunyai dua manfaat yaitu: penilaian dan pengembangan. Evaluasi mengacu pada apa yang telah dan sedang dilakukan karyawan. Pengembangan mengacu pada pertumbuhan masa depan karyawan itu sendiri.
2. Penilaian prestasi kerja didasarkan pada tingkah laris bukan sifat atau ciri kepribadian, perusahaan mengharapkan biar karyawan bertidak sesuai dengan standar kerja dan menghasilkan produk menyerupai yang telah ditetapkan, sehingga tingkah atau perbuatan (proses) dan karyanya (hasil) merupakan pokok perhatian dari pelaksanaannya.
3. Penilaian prestasi kerja merupakan dokumen legal, contoh: bila data penilaian prestasi kerja dipakai untuk membantu keputusan promosi atau memberi bonus, maka perusahaan harus bisa membuktikan bahwa penilaian dibuat secara objektif tanpa membedakan suku, agama, ras dan jenis kelamin.
4. Penilaian prestasi kerja merupakan proses formal maupun non formal. Penilaian prestasi kerja yaitu proses berkelanjutan dan bukan hal sederhana yang dilakukan secara periodic. Hal ini lantaran pelaksanaan kerja karyawan bervariasi dari keadaan sangat baik hingga yang buruk. Oleh lantaran itu penilaian pelaksanaan kerja secara non formal dan umpan balik harus diadakan.
       Menurut Bambang Wahyudi (1996:111-120) yang mengutip pendapat Andrew F. Sikula, metode penilaian prestasi kerja dibagi dua kelompok, yaitu metode tradisional dan metode modern:
1. Metode Tradisional, terdiri dari:
a. Rating Scale
Dalam metode ini, penilai diberi formulir untuk mengukur karakteristik dan tujuan kerja (kualitas dan kuantitas) dari seorang tenaga kerja.
(1) Graphic Scale, bentuk penilaian dengan membutuhkan tanda silang (X) pada skala yang tersedia untuk masing-masing factor yang dinilai pada formulir penilaian yang telah disiapkan sebelumnya.
(2) Multiple Scale, hampir sama denngan graphic scale, namun penilaian dihadapkan pada beberapa yang didasarkan pada sifat-sifat pribadi seseorang yang dirumuskan pada skala yang sanggup diukur. Penilai tinggal memberi tanda pada nilai yang dipilih.
b. Employee Comparison
Membandingkan antara tenaga kerja yang satu dengan tenaga kerja yang lainnya. Factor-faktor yang diperbandingkan sanggup meliputi diri insan secara keseluruhan atau beberapa factor tertentu, contohnya pendidikan, keterampilan.
Employee Comparison sanggup berbentuk:
(1) Alternation Ranking, cara membandingkan antara tenaga kerja satu dengan yang lain atas dasar kemampuan yang kemudian oleh penilai harus disusun dalam bentuk ranking mulai dari tenaga kerja dengan nilai terendah hingga dengan yang tertinggi.
(2) Paired Comparison, membandingkan tenaga kerja secara utuh atau keseluruhan dengan rumus :     
K = n (n-1)
        2
(3)   Forced Distribution, bentuk penilaian yang intinya sama dengan metode grading. Setiap tenaga kerja di perbandingkan berdasarkan tingkat kemampuan atau prestasi dengan skala yang sudah ditentukan.
c. Checklist dibagi dua bentuk, yaitu:
(1) Weight Checklist, suatu daftar isian yang diberi bobot atau nilai yang berbeda-beda untuk setiap tanggapan yang dipilih dari setiap pertanyaan.
(2) Forced Choice, suatu daftar isian yang pengisiannya dilakukan dengan menentukan alternatif tanggapan yang dibakukan.
d. Free Form Essay
Seorang penilai diharuskan membuat suatu karangan yang berkenaan dengan persepsinya perihal seorang tenaga kerja yang sudah dinilai. Karangan tersebut kemudian diberikan kepada penilai lain untuk diberi tanggapan dan penilaian terhadap tenaga kerja yang bersangkutan dengan memakai karangan tersebut sebagai dasarnya.
e. Interview
Dalam metode ini penilai melaksanakan penilaian melalui suatu komunikasi dengan tenaga kerja yang dinilai mengenai tugas-tugas yang telah dilaksanakan.
f. Critical Incident
Seorang penilai diharapkan mencatat semua tingkah laris sehari-hari tenaga kerja yang akan dinilainya dalam suatu catatan khusus, sifatnya, inisiatif, kemampuan kerja sama, sikap, kejujuran dan sebagainya.
2. Metode Modern, terdiri dari:
a. Assessment Centre
Dalam metode ini penilaian prestasi kerja dilakukan oleh sebuah lembaga atau tubuh yang dibuat secara khusus oleh perusahaan dan diberi wewenang untuk melaksanakan penilaian atas tenaga kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.
b. Management By. Objective (MBO)
Dalam MBO, penilaian prestasi kerja seorang diukur dari bisa atau tidaknya mewujudkan target yang telah ditetapkan sebelumnya dan apabila bisa seberapa jauh hasil nyatanya dibandingkan dengan target tersebut.
c. Human Asset Accounting
Metode berkembang berdaarkan suatu anggapan bahwa tenaga kerja dalam suatu organisasi merupakan kekayaan organisasi yang harus dinilai menyerupai halnya kekayaan lainnya. Makara nilai tenaga kerja tidak hanya berupa biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan, tetapi juga merupakan nilai dari beberapa factor yang dimiliki tenaga kerja menyerupai loyalitas perilaku, motivasi dan sebagainya.

2.5  Peranan Komunikasi Internal dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan
       Semua acara yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sangat membutuhkan alat untuk saling berhubungan, biar segala sesuatu yang dimaksudkan sanggup dicapai. Alat yang dimaksudkan yaitu Komunikasi, dalam penelitian ini yaitu Komunikasi Internal.
       Komunikasi Internal yaitu Komunikasi antar manajer/pimpinan dengan individu-individu yang berada dalam suatu organisasi/perusahaan yaitu para karyawan. Ada 3 (tiga) jenis Komunikasi Internal yaitu Downward Communication, Upward Communication, dan Horizontal Communication. Downward Communication yaitu Komunikasi dari atasan ke bawahan dengan maksud untuk menasehati, memberitahukan, mengarahkan, memerintahkan dan menilai bawahan serta memberi informasi mengenai kebijakan suatu perusahaan. Upward Communication yaitu Komunikasi dari bawahan kepada atasan mengenai apa yang terjadi ditingkat lebih rendah, contohnya laporan kemajuan, saran, permohonan bantuan. Horozontal Communication yaitu komunikasi antara karyawan yang mempunyai status dan pangkat yang sama dalam suatu perusahaan, biasanya berlangsung secara informal diluar jam kerja contohnya waktu istirahat.
       Ada beberapa sarana untuk memudahkan Komunikasi Internal dalam suatu perusahaan contohnya : telepon/intercom, meeting, papan pengumuman. Melalui banyak sekali sarana tersebut, perusahaan berusaha mengikut sertakan karyawan khususnya bawahan untuk turut berpartisipasi menyumbangkan wangsit dan pikirannya sehingga mereka merasa lebih terlibat dan ikut bertanggung jawab atas tecapainya tujuan perusahaan. Dengan demikian bawahan merasa dihargai keberadaannya dalam perusahaan, dan atas komunikasi antara atasan dengan bawahan maupun sebaliknya serta komunikasi sesama karyawan akan lebih lancar. Lancarnya arus komunikasi internal dalam suatu perusahaan diharapkan akan sanggup meningkatkan prestasi kerja karyawan.
       Prestasi Kerja sanggup dilihat dari hasil kerja, karakteristik pribadi dan kemampuan/keterampilan. Hal-hal tersebut sanggup diukur dari kualitas dan kuantitas kerja, kesetiaan, kesadaran, kejujuran, tanggung jawab, serta inisiatif. Ukuran-ukuran itu sanggup dipengaruhi oleh Komunikasi Internal. Contohnya kuantitas dan kualitas kerja karyawan meningkat pula perintah yang diberikan atasan kepada bawahannya terperinci sehingga bisa dikerjakan oleh bawahan. Contoh lain yaitu bila seorang bawahan merasa dihargai dan diterima ide-idenya oleh perusahaan, maka tanggung jawaab dan inisiatifnya terhadap pekerjaan akan lebih besar dan akibatnya prestasi kerjanya meningkat.
       Komunikasi dalam organisasi bukan hanya sekedar memberikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan. Komunikasi internal sanggup membentuk dan mengubah sikap kearah yang positif dan akibatnya besar lengan berkuasa pada tindakan. Melalui komunikasi internal yang dijalankan, perusahaan-perusahaan berusaha menumbuhkan rasa saling pengertian antara pimpinan dengan karyawan dan antara sesama karyawan itu sendiri, sehingga karyawan bersedia untuk melaksanakan perubahan-perubahan kearah yang positif yang akan besar lengan berkuasa terhadap prestasinya.
       Ditinjau dari sudut pandang manajemen, berdasarkan Keith Davis dan John W. Newstrom (1992:151), semua tindakan pimpinan harus melewati leher botol komunikasi. Semua gagasan besar administrasi hanya merupakan pikiran dibelakang meja hingga manajer sanggup menerapkannya melalui komunikasi. Tanpa dikomunikasikan planning sebagus apapun tidak akan  berharga.
       Lebih lanjut lagi Keith Davis dan John W. Newstrom menyatakan bahwa : “Apabila komunikasi efektif, ia sanggup mendorong timbulnya prestasi lebih baik dan kepuasan kerja”. Orang-orang memahami pekerjaan mereka secara lebih baik dan merasa puas dalam pekerjaan itu.
       Dengan demikian komunikasi umumnya dan komunikasi internal yang efektif khususnya, akan mendorong timbulnya prestasi kerja karyawan sanggup lebih memahami pekerjaan mereka sehingga hasil kerja mereka pun akan lebih baik. Selain itu mereka sanggup menyumbangkan wangsit dan pikirannya, sehingga mereka merasa lebih terlibat dan diakui keberadaannya dalam perusahaan. 
       Hal ini akan mendorong mereka semakin loyal dan berusaha memperlihatkan kontribusinya seoptimal mungkin melalui prestasi kerja terbaik yang bisa diberikannya.  
       Berdasarkan uraian diatas, maka terperinci bahwa komunikasi internal yang dilaksanakan dengan baik, akan mempunyai peranan dalam meningkatkan prestasi kerja karyawan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Makalah Administrasi Sumber Daya Manusia"

Posting Komentar