Persediaan Barang Dagang Dan Pencatatan Akuntansi
Apa Itu Persediaan Barang Dagang ?
Pengertian persediaan barang dagang ialah aset perusahaan yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali dan mendapat keuntungan.Persediaan barang dagang (inventory) sanggup dikatakan sebagai aset yang menganggur atau aset yang menunggu untuk dikeluarkan (dijual). Persediaan barang dagang ialah salah satu aset yang termasuk aktiva lancar.
Persediaan barang dagang dimiliki oleh perusahaan dagang dimana perusahaan hanya membeli dan menjualnya kembali tanpa mengubah bentuk fisik barangnya.
Apapun bentuknya, berapapun nilai nominalnya apabila aset tersebut dimaksudkan untuk dijual kembali dalam artian aset tersebut ialah "dagangan" utama, core bisnis perusahaan maka aktiva tersebut termasuk kedalam persediaan barang dagang.
Mobil termasuk persediaan apabila perusahaaan tersebut bergerak dibidang jual beli mobil.
Rumah juga termasuk persediaan barang dagang apabila bisnis utama perusahaan ialah developer atau jual beli rumah.
Tapi jangan hingga salah membedakan..
Misalnya perusahaan dealer mobil, mereka menjual kendaraan beroda empat sekaligus mempunyai kendaraan beroda empat untuk operasional yang dipakai untuk keperluan kantor dan tidak dijual.
Mobil yang mereka jual ialah persediaan barang dagang.
Namun kendaraan beroda empat yang mereka pakai untuk menunjang keperluan kantor ialah aktiva tetap.
Sama sama kendaraan beroda empat tapi perlakuan terhadap kendaraan beroda empat tersebut sanggup berbeda.
Strategi Persediaan Barang Dagang
Terdapat beberapa cara yang dilakukan perusahaan dagang untuk mengatur dan mempersiapkan persediaan barang dagang mereka.
#1. Lot Size Inventory (Bath Stock)
Lot size inventory ialah pengadaan persediaan barang dagang dalam jumlah besar melebihi asumsi kebutuhan yang ada pada ketika ini.
Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan potongan harga dan ongkos pengiriman persediaan barang dagang.
Biasanya supplier menawarkan potongan harga dan ongkos pengiriman per unit menjadi lebih murah apabila pembelian barang dilakukan dalam jumlah yang besar.
#2. Fluctuation Stock (Stok Fluktuasi)
Fuctuation stock ialah pembelian persediaan barang untuk menghadapai kemungkinan terjadi fluktuasi usul dari pelanggan yang sulit diperkirakan.
Pengadaan ini lebih bersifat berjaga jaga terhadap usul konsumen yang tiba tiba melonjak secara drastis yang tidak diprediksi sebelumnya.
Ketika usul meningkat namun stok persediaan tidak mencukupi, maka itu ialah kerugian bagi perusahaan.
#3. Anticipation Stock (Persediaan Antisipasi)
Anticipation stock ialah pembelian persediaan barang untuk menghadapi lonjakan usul dari konsumen yang sanggup diramalkan atau telah diperkirakan.
Biasanya pedagang memakai asumsi dari pola konsumsi masyarakat sepanjang tahun yang umum terjadi.
Misalnya sebulan atau dua bulan sebelum hari raya idul fitri, pedagang pakaian umumnya telah membeli persediaan dalam jumlah besar lantaran sudah sanggup diprediksi bahwa mendekati lebaran usul pakaian akan melonjak secara drastis.
Maka pedagang akan menyetok pakaian untuk berjaga jaga semoga tidak kekurangan barang.
Maka pedagang akan menyetok pakaian untuk berjaga jaga semoga tidak kekurangan barang.
#4. Persediaan Konsinyasi
Barang konsinyasi ialah persediaan yang ditempatkan atau dititipkan ditempat lain untuk dijual. Bisa ditempatkan di kawasan agen, cabang, atau kawan usaha.
Dalam bahasa yang lebih singkat: Titip barang untuk dijualkan.
Konsinyasi ialah salah satu taktik penjualan yang banyak dilakukan dan kawasan yang dititipi barang akan mendapat komisi apabila barang tersebut laris terjual.
Pencatatan Akuntansi Persediaan Barang Dagang
Pencatatan persediaan barang dagang ialah pencatatan atas semua transaksi yang berkaitan dengan persediaan barang dagang.
Apa saja transaksi yang sanggup mensugesti persediaan barang ? dan bagaimana jurnal transaksi persediaan barang dagang ?
#1. Pembelian Barang Dagang
Pembelian barang dagang akan menambah persediaan barang dagang.
#2. Biaya Angkut Pembelian
Biaya angkut pembelian ialah semua ongkos kirim yang dibayarkan untuk mendatangkan barang dagang dari kawasan supplier hingga ke gudang/tempat pembeli.
Termasuk biaya bongkar muat dan asuransi pengiriman (bila ada). Namun ada pembelian dimana ongkos kirim menjadi tanggung jawab pihak supplier.
Terdapat 2 istilah yang cukup penting yang bekerjasama dengan pengiriman barang.
Metode fisik dan metode perpetual.
Ketika terjadi sebuah transaksi yang bekerjasama dengan persediaan, persediaan tidak pribadi dicatat/dijurnal.
Hanya transaksinya yang dijurnal.
Misalnya transaksi pembelian atau penjualan, maka yang dicatat ialah transaksi pembelian atau penjualan tersebut.
Walaupun jumlah persediaan digudang bertambah atau berkurang, pos persediaan tidak perlu dicatat.
Contoh jurnal pembelian atau penjualan pada metode fisik akan terlihat menyerupai ini
Seperti yang terlihat pada jurnal tersebut, tidak ada pencatatan akun persediaan barang.
Untuk mengetahui jumlah persediaan, pada tamat periode persediaan barang harus dihitung secara fisik (stock opname).
Salah satu kelemahan metode fisik ialah tidak sanggup mengetahui jumlah persediaan secara niscaya sebelum dilakukan perhitungan fisik persediaan.
Dan lantaran jumlah persediaan tidak dicatat maka harga pokok penjualan (hpp) juga tidak sanggup diketahui.
HPP gres sanggup dihitung ketika persediaan sudah dihitung secara fisik pada tamat periode.
Bisa dibayangkan apabila dibutuhkan pelaporan persediaan setiap bulan, maka akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk menghitung persediaan barang.
Makara apabila terdapat transaksi yang menjadikan jumlah persediaan berubah, maka rekening persediaan juga akan turut dicatat.
Contoh jurnal transaksi pembelian dan penjualan metode perpetual.
Agar lebih gampang untuk memahami metode fisik dan perpetual beserta perbedaan pencatatannya, lebih baik mempelajari dengan pola soal transaksi persediaan barang dagang.
Misalnya, barang yang barang yang gampang aus, cepat busuk, atau harus dikeluarkan terlebih dahulu mempunyai perlakuan yang berbeda dengan barang yang tahan lama.
Barang pecah belah perlakuannya berbeda dengan barang yang tahan banting.
Maka, diharapkan prioritas perlakuan mengenai arus keluar masuk barang dari gudang. Mana yang harus dikeluarkan terlebih dahulu dan yang dikeluarkan paling akhir.
Penilaian persediaan barang akan semakin rumit apabila terdapat harga yang berbeda diantara persediaan barang sejenis.
Misalnya, 5 hari yang kemudian UD Beras Jaya membeli persediaan beras sebanyak 1 ton dengan harga Rp 10.000 per kg.
Kemudian pada hari ini membeli persediaan beras kembali sebanyak 2 ton dengan harga Rp 11.000.000
Terlihat ada perbedaan harga pembelian barang dalam tempo 5 hari.
Kita tahu, beras mempunyai fluktuasi harga yang tidak mengecewakan tinggi ketika paceklik.
Ketika beras terjual, beras mana yang harus dikeluarkan ?
Apakah beras dengan harga Rp 10.000 per kg atau Rp 11.000 per kg ?
Untuk itulah terdapat 3 metode yang diciptakan untuk mencatat dan menilai persediaan barang, yaitu:
Misalnya pada masalah UD Beras Jaya tadi, ketika beras terjual, maka beras yang dikeluarkan ialah beras seharga Rp 10.000 dahulu, apabila sudah habis maka kemudian beras seharga Rp 11.000 yang dikeluarkan.
Lanjutan dan pola soal metode FIFO disni : Metode FIFO
Pada masalah UD Beras Jaya tadi, ketika beras terjual maka yang pertama kali keluar ialah beras seharga Rp 11.000, apabila beras seharga tersebut telah habis maka beras seharga Rp 10.000 dikeluarkan kemudian.
Baca lebih lanjut Metode LIFO disini
Anda sanggup membaca lanjutan ulasan metode rata rata disini : Harga Pokok Penjualan Metode Rata Rata
Terdapat 2 istilah yang cukup penting yang bekerjasama dengan pengiriman barang.
#1. FOB Shipping Point
- FOB (Free on Board) shipping point ialah barang akan menjadi milik pembeli ketika barang TELAH KELUAR dari tempat/gudang penjual.
- Maka, biaya pengiriman ialah tanggung jawab pembeli
#2. FOB Destination Point
- FOB Destination point ialah barang akan menjadi milik pembeli ketika barang TELAH SAMPAI ke gudang pembeli. Selama perjalanan pengiriman, barang masih milik dan tanggung jawab penjual.
- Maka, biaya pengiriman ialah tanggung jawab penjual (supplier)
#3. Return Pembelian
Return pembelian ialah pengembalian semua atau sebagian persediaan barang dagang kepada supplier.
Return pembelian biasanya terjadi lantaran barang yang dipesan tidak memenuhi spesifikasi menyerupai yang diminta.
Bisa lantaran barang cacat, atau ukuran, materi dan warna tidak sesuai permintaan
#4. Potongan Pembelian
Potongan pembelian ialah potongan atau diskon yang diperoleh akhir pembelian persediaan barang dagang.
Biasanya potongan diberikan apabila perusahaan melaksanakan pembelian persediaan barang dalam jumlah yang besar.
Biasanya potongan diberikan apabila perusahaan melaksanakan pembelian persediaan barang dalam jumlah yang besar.
#5. Penjualan Barang Dagang
Penjualan barang dagang sudah jelas, persediaan akan berkurang lantaran barang dagang telah laris terjual.
#6. Biaya Angkut Penjualan
Biaya yang dikeluarkan untuk mengirim barang dagang yang sudah terjual hingga barang tersebut hingga ke kawasan konsumen.
#7. Return Penjualan
Return penjualan ialah pengembalian barang dagang oleh konsumen. Return penjualan biasanya terjadi lantaran ada spesifikasi barang yang tidak sesuai dengan yang disepkatai/diinginkan oleh konsumen.
Bisa disebabkan lantaran barang tersebut cacat atau warna, ukuran dan materi tidak sesuai dengan yang spesifikasi yang telah ditentukan.
Return penjualan akan menambah jumlah persediaan barang dan menurunkan penjualan.
#8. Potongan Penjualan
Potongan penjualan ialah diskon atau potongan yang diberikan kepada konsumen yang membeli.
Potongan biasanya diberikan apabila konsumen melaksanakan pembelian secara tunai dan dalam jumlah yang besar.
Namun pembahasan mengenai pajak ini akan dibahas disini semoga tidak terlalu panjang dan lebih fokus.
#9. [Tambahan] Pajak (PPN atau PPnBM)
Adanya PPN atau PPnBM juga sanggup mensugesti persediaan. Biasanya, pembelian atau penjualan produk akan dikenai tarif pajak.Namun pembahasan mengenai pajak ini akan dibahas disini semoga tidak terlalu panjang dan lebih fokus.
Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang
Metode pencatatan akuntansi persediaan barang dagang terdapat dua metode.Metode fisik dan metode perpetual.
#1. Metode Fisik
Seperti namanya, metode pencatatan fisik mengharuskan perhitungan barang secara fisik digudang untuk mengetahui jumlah persediaan barang.Ketika terjadi sebuah transaksi yang bekerjasama dengan persediaan, persediaan tidak pribadi dicatat/dijurnal.
Hanya transaksinya yang dijurnal.
Misalnya transaksi pembelian atau penjualan, maka yang dicatat ialah transaksi pembelian atau penjualan tersebut.
Walaupun jumlah persediaan digudang bertambah atau berkurang, pos persediaan tidak perlu dicatat.
Contoh jurnal pembelian atau penjualan pada metode fisik akan terlihat menyerupai ini
Seperti yang terlihat pada jurnal tersebut, tidak ada pencatatan akun persediaan barang.
Untuk mengetahui jumlah persediaan, pada tamat periode persediaan barang harus dihitung secara fisik (stock opname).
Salah satu kelemahan metode fisik ialah tidak sanggup mengetahui jumlah persediaan secara niscaya sebelum dilakukan perhitungan fisik persediaan.
Dan lantaran jumlah persediaan tidak dicatat maka harga pokok penjualan (hpp) juga tidak sanggup diketahui.
HPP gres sanggup dihitung ketika persediaan sudah dihitung secara fisik pada tamat periode.
Bisa dibayangkan apabila dibutuhkan pelaporan persediaan setiap bulan, maka akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk menghitung persediaan barang.
#2. Metode Perpetual
Tidak menyerupai metode fisik, metode pencatatan persediaan perpetual ialah metode yang mencatat/menjurnal persediaan barang dagang apabila terdapat transaksi yang bekerjasama dengan persediaan.
Makara apabila terdapat transaksi yang menjadikan jumlah persediaan berubah, maka rekening persediaan juga akan turut dicatat.
Contoh jurnal transaksi pembelian dan penjualan metode perpetual.
Seperti yang terlihat pada pola jurnal tersebut, bahwa persediaan turut dicatat dalam transaksi pembelian dan penjualan barang dan juga semua transaksi yang sanggup mensugesti jumlah persediaan barang.
Dan pada transaksi penjualan pribadi disandingkan dengan harga pokok penjualan (HPP).
Jumlah persediaan barang dan harga pokok penjualan pribadi sanggup diketahui sewaktu waktu tanpa harus menunggu perhitungan fisik.
Penggunaan metode pencatatan perpetual ini akan memudahkan dalam penyusunan laporan keuntungan rugi dan neraca lantaran tidak harus menghitung jumlah persediaan barang secara fisik diakhir periode untuk "hanya" mengetahui saldo persediaan akhir.
Walaupun pada pencatatannya tidak perlu mengadakan perhitungan fisik, ada suatu hari perusahaan harus mengecek pribadi jumlah persediaan dan mencocokkannya dengan laporan pencatatan.
Perhitungan fisik memang masih diperlukan, namun dilakukan hanya ketika dibutuhkan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari ketidakcocokan jumlah fisik persediaan yang ada digudang dan buku catatan.
Apabila ada selisih antara perhitungan fisik dan pencatatan, maka harus dicari penyebab mengapa ada selisih.
Ketidakcocokan ini sanggup terjadi lantaran hal hal menyerupai kesalahan dalam penulisan/penjurnalan, atau lantaran ada hal yang mengurangi persediaan menyerupai barang tercuri atau barang mengalami kerusakan.
Agar lebih gampang untuk memahami metode fisik dan perpetual beserta perbedaan pencatatannya, lebih baik mempelajari dengan pola soal transaksi persediaan barang dagang.
# Contoh Soal Persediaan Barang Dagang
- PT Nivia Rotan melaksanakan pembelian tunai 10 unit bangku seharga Rp 500.000 per bangku dan mendapat potongan sebesar 5 %. PT Nivia Rotan harus menanggung ongkos pengiriman sebesar Rp 400.000.
- Ketika barang telah diterima, ternyata terdapat 1 buah bangku yang cacat dan dikembalikan lagi kepada supplier
- Sebanyak 7 bangku terjual secara tunai dengan harga Rp 950.000 /unit dengan menawarkan diskon sebesar 5 % kepada pembeli dan untuk mengantar bangku tersebut hingga kerumah pembeli, PT Nivia Rotan mengeluarkan uang sebesar Rp 100.000
- Sebanyak 2 bangku dikembalikan lagi/direturn lantaran tidak memenuhi speksifikasi pembeli.
Maka pencatatan jurnal transaksi tersebut dengan metode fisik dan metode perpetual ialah sebagai berikut, dan anda sanggup membandingkan perbedaan diantara keduanya
Keterangan
Transaksi 01.
Jumlah Rp 5.150.000 diperoleh dari pembelian bersih. yaitu jumlah pembelian - diskon pembelian kemudian ditambah biaya angkut pembelian
Total pembelian 10 unit: 10 X Rp 500.000 = Rp 5.000.000
Diskon pembelian : 5% x Rp 5.000.000 = Rp 250.000
Harga pembelian : Rp 5.000.000 - Rp 250.000 = Rp 4.750.000
Pembelian higienis : Rp 4.750.000 + Ongkir Rp 400.000 = Rp 5.150.000
Transaksi no 2 : pencatatan adanya return pembelian
Transaksi no 3: Disini terlihat perbedaan antara metode fisik dan perpetual
- Metode fisik hanya mencatat transaksi penjualan saja dan tidak mencatat pengeluaran persediaan, lantaran persediaan akan dihitung secara fisik diakhir periode.
- Metode perpetual bukan hanya mencatat penjualan, namun juga mencatat pengeluaran persediaan yang akan menambah harga pokok penjualan (HPP).
Penjelasan mengenai angka yang tertera sanggup dilihat disini
Transaksi no 4:
- Metode fisik hanya mencatat return penjualan dan tidak mencatat "persediaan" yang tiba kembali (return) lantaran nanti persediaan akan dicatat secara fisik diakhir periode
- Metode perpetual mencatat persediaan yang tiba kembali
Penjelasan mengenai angka yang tertera:
Metode Penilaian Persediaan
Sifat persediaan barang dagang sangat beragam. Hal ini menjadikan perlakuan dan evaluasi terhadap persediaan sanggup berbeda beda.Misalnya, barang yang barang yang gampang aus, cepat busuk, atau harus dikeluarkan terlebih dahulu mempunyai perlakuan yang berbeda dengan barang yang tahan lama.
Barang pecah belah perlakuannya berbeda dengan barang yang tahan banting.
Maka, diharapkan prioritas perlakuan mengenai arus keluar masuk barang dari gudang. Mana yang harus dikeluarkan terlebih dahulu dan yang dikeluarkan paling akhir.
Penilaian persediaan barang akan semakin rumit apabila terdapat harga yang berbeda diantara persediaan barang sejenis.
Misalnya, 5 hari yang kemudian UD Beras Jaya membeli persediaan beras sebanyak 1 ton dengan harga Rp 10.000 per kg.
Kemudian pada hari ini membeli persediaan beras kembali sebanyak 2 ton dengan harga Rp 11.000.000
Terlihat ada perbedaan harga pembelian barang dalam tempo 5 hari.
Kita tahu, beras mempunyai fluktuasi harga yang tidak mengecewakan tinggi ketika paceklik.
Ketika beras terjual, beras mana yang harus dikeluarkan ?
Apakah beras dengan harga Rp 10.000 per kg atau Rp 11.000 per kg ?
Untuk itulah terdapat 3 metode yang diciptakan untuk mencatat dan menilai persediaan barang, yaitu:
#1. FIFO (First In First Out) | masuk pertama, keluar pertama
Pada metode FIFO, persediaan yang pertama kali masuk ialah yang keluar terlebih dahulu.Misalnya pada masalah UD Beras Jaya tadi, ketika beras terjual, maka beras yang dikeluarkan ialah beras seharga Rp 10.000 dahulu, apabila sudah habis maka kemudian beras seharga Rp 11.000 yang dikeluarkan.
Lanjutan dan pola soal metode FIFO disni : Metode FIFO
#2. LIFO (Last In First Out) | masuk terakhir, keluar pertama
Pada metode LIFO, barang yang terakhir kali masuk ialah yang keluar pertama.Pada masalah UD Beras Jaya tadi, ketika beras terjual maka yang pertama kali keluar ialah beras seharga Rp 11.000, apabila beras seharga tersebut telah habis maka beras seharga Rp 10.000 dikeluarkan kemudian.
Baca lebih lanjut Metode LIFO disini
#3. Metode Rata Rata (Average Method)
Metode penilain persediaan rata rata ialah nilai persediaan dari nilai persediaan metode LIFO dan metode FIFO.Anda sanggup membaca lanjutan ulasan metode rata rata disini : Harga Pokok Penjualan Metode Rata Rata
Apabila terdapat kesalahan penulisan, penjumlahan atau anda punya fatwa yang lain, silahkan tinggalkan pesan dikolom komentar.
0 Response to "Persediaan Barang Dagang Dan Pencatatan Akuntansi"
Posting Komentar