Manajemen Sumberdaya Insan - Persepsi
Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individu
Apa Itu Persepsi ?
Persepsi (perception) yakni sebuah proses individu mengorganisasikan dan mnegintrepretasikan kesan sensoris untuk mengatakan pengertian pada lingkungannya. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang sanggup berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena sikap orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam sikap organisasi.
Contoh dalam persepsi yaitu yakni sesuatu yang mungkin bila semua karyawan dalam sebuah perusahaan menganggapnya sebagai kawasan kerja yang baik kondisi kerja yang menyenangkan, penugasan pekerjaan yang menarik, bayaran yang bagus, pinjaman yang sangat bagus, administrasi yang pengertian dan bertanggung jawab.
Mengapa persepsi penting dalam studi PO(perilaku organisasi)? Yaitu lantaran sikap individu didasarkan pada persepsi mereka perihal kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Sejumlah faktor membentuk dan kadang kala mengganggu persepsi. Faktor-faktor ini bisa berada pada penilai, pada objek atau sasaran yang dinilai atau pada situasi dimana persepsi itu dibuat.
Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi mencakup sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan ekspektasi.
Karakteristik dari sasaran juga memengaruhi apa yang dinilai. Orang-orang yang berisik mungkin lebih disadari daripada yang pendiam. Demikian halnya dengan mereka yang sangat menarik atau tidak menarik. Oleh lantaran kita tidak melihat sasaran dalam isolasi, kekerabatan antara sebuah sasaran dan latar belakangnya memengaruhi persepsi, sebagaimana kecenderungan kita untuk mengelompokkan hal-hal yang bersahabat dan menyerupai bersama-sama.
Persepsi Orang: Membuat Penilaian atas Orang Lain
Teori Atribusi
Teori atribusi (attribution theory) yakni perjuangan ketika individu-individu mengamati sikap untuk menentukkan apakah hal ini disebabkan secara internal atau eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal lantaran sebagai insan mereka mempunyai keyakinan, maksud, dan motif-motif didalam dirinya. Namun persepsi kita terhadap benda mati menyerupai gedung, api, air, dll, akan berbeda lantaran mereka yakni benda mati yang mempunyai aturan alamnya sendiri (eksternal). Penentuan apakah sikap itu merupakan penyebab eksternal atau internal bergantung pada tiga faktor :
§ Perbedaan : apakah seorang individu memperlihatkan sikap yang berlainan dalam situasi yang berbeda. Apakah pekerja yang tiba telat hari ini yakni yang secara teratur mengingkari komitmen
§ Konsensus : kalau setiap orang menghadapi situasi yang sama mengatakan respons yang sama.
§ Konsistensi : apakah seseorang mengatakan reaksi yang sama dari waktu ke waktu.
Salah satu temuan dari riset teori atribusi yakni bahwa kesalahan atau bias mengganggu atribusi. Kesalahan atribusi mendasar yaitu kecenderungan untuk meremehkan imbas faktor-faktor eksternal dan melebihkan imbas faktor-faktor eksternal dan melebihkan imbas faktor-faktor internal atau pribadi ketika membuat penilaian mengenai sikap orang lain. Bias pelayanan diri yaitu kecenderungan individu untuk mengatribusikan kesuksesan mereka pada faktor-faktor internal menyerupai kemampuan atau usaha, tetapi menyalahkan kegagalan pada faktor-faktor eksternal.
Jalan pintas dalam menilai orang lain secara umum
Persepsi selektif : orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan menurut pengalaman, latar belakang, kepentingan, dan sikap. Hal ini dikarenakan kita tidak sanggup mengamati semua yang berlangsung disekitar kita. Misalnya saja, orang yang menyenangi hasil seni akan cenderung memperhatikan lukisan daripada orang yang menyenangi teknologi. Dengan selektivitas sebagai jalan pintas, kita mencerna bertahap dari apa yang ingin kita nilai, dan tentu saja kita mencernanya sesuai dengan latar belakang, pengalaman, kepentingan, dan minat kita. Tentu saja, kesalahan sangat mungkin terjadi dengan jalan pintas ini.
Efek halo : yaitu menarik kesan umum mengenai seorang individu menurut suatu karakteristik tunggal, contohnya kecerdasan, kemampuan bersosialisasi, atau penampilan, sebuah imbas halo sedang bekerja. Orang yang menilai sanggup mengisolasi hanya karakteristik tunggal. Suatu ciri tunggal sanggup mempengaruhi seluruh kesan orang dari individu yang sedang dinilai.
Efek kontras : yaitu penilaian atas karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh pembandingan-pembandingan dengan orang lain yang gres saja dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama. Contohnya yakni orang yang diwawancara sanggup memperoleh penilaian yang lebih menguntungkan kalau sebelumnya ia telah didahului oleh banyak pelamar yang kurang elok atau baik ketika diwawancarai.
Stereotip : yaitu menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap kelompok asalnya. Misalnya, dalam organisasi kita sering kali mendengar komentar yang mewakili stereotip menurut jenis kelamin, umur, ras, agama, etnis bahkan berat badan.
Aplikasi Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi
Penilaian mempunyai banyak konsekuensi bagi organisasi. Didalamnya orang-orang selalu saling menilai. Berikut ini yakni beberapa penerapannya yang lebih terperinci :
Wawancara karyawan : bukti memperlihatkan bahwa wawancara sering membuat penilaian perseptual yang tidak akurat dan menggambarkan kesan awal yang cepat mengakar. Riset memperlihatkan kita membentuk kesan atas orang lain dalam 10 detik,berdasarkan pandangan pertama. Riset terbaru mengindikasikan bahwa intuisi individual kita mengenai sebuah kandidat pekerjaan tidak sanggup mendapatkan amanah dalam memprediksi kinerja, tetapi bahwa mengumpulkan masukan dari banyak evaluator independen sanggup menjadi lebih prediktif.
Ekspektasi kinerja : orang-orang mencoba untuk memvalidasi persepsi mereka mengenai realita bahkan ketika hal-hal ini salah. Istilah prediksi pemenuhan diri dan imbas pygmalion menjelaskan bagaimana sikap seorang individu ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Jika seorang manajer mengekspektasikan hal-hal besar dari pekerjanya, mereka mustahil mengecewakannya. Sama halnya kalau ia mengharapkan hanya kinerja minimal, mereka akan mungkin memenuhi ekspektasi rendah itu. Ekspektasi menjadi realita. Prediksi pemenuhan diri telah didapati memengaruhi kinerja pelajar, tentara dan bahkan akuntan.
Evaluasi kinerja : penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada proses perseptual. Walaupun penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang dievaluasi secara subjektif. Ukuran subjektif yakni menurut pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu kesan umum mengenai karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil penilaian tersebut.
Hubungan antara Presepsi dan pengambilan keputusan individu
Individu mengambil keputusan ,pilihan dibentuk dari dua atau lebih altenatif .Manajer Pumcak menentukan sasaran organisasi mereka produk atau jasa apa yang akan ditawarkan ,cara terbaik apa untuk mendanai operasional ,atau dimana lokasi sebuah manufaktur gres .Manajer level mennengah dan lebih rendah meetapkan aktivitas porduksi ,memilih pekerja-pekerja gres dan menentukan bagaimana alokasi kenaikan honor .Organisasi telah,mulai memberdayakan pekerja non manajerialnya dengan ototritas pengambilan keputusan yang sejarahnya dikhususkan bagi manajer saja .oleh lantaran itu pengambilan keputusan individu merupakan belahan penting dari sikap organisasi.tetapi cara individu mengambil keputusan keputusan dan kualitas pilihannya sangat dipengaruhi oleh presepsi mereka .
Setiap keputusan membutuhkan kita untuk mengintripretasi dan mengevaluasi informasi.kita umumnya mendapatkan data dari banyak sumber yang perlu kita saring .Proses dan intrepertasi Data mana yang relevan bagi keputusan dan mana yang tidak .Presepsi kita akan akan menjawab itu kita juga perluu mengemangkan alternatif –altenatif da mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya .karena proses perseptual kita akan mempengaruhi hasil akhir.selama proses pengambilann keputusan,kesalahan perseptual sering kali muncul sehingga sanggup membiaskan analisis dan kesimpulan .
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan Rasional
Kita sering berpikir bahwa pembuat keputusan yang paling baik yakni yang rasional. Artinya, pembuat keputusan tersebut membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan yang spesifik.Keputusan-keputusan ini mengikuti enam langkah model pengambilan keputusan rasional.
Langkah-Langkah model pengambilan keputusan Rasional
1. Mendefinisikan masalah
Sebuah persoalan ada ketika terdapat ketidaksesuaian antara keadaan yang ada dan keadaan kasus yang diinginkan. Anda mendefinisikan sebuah masalah, banyak keputusan jelek disebabkan oleh si pembuat keputusan yang mengabaikan sebuah persoalan atau mendefinisikan persoalan yang salah.
2. Identifikasikan kriteria keputusan
Dalam langkah ini, pembuat keputusan menentukan apa yang relevan dalam membuat keputusan. Langkah ini memproses banyak sekali minat, nilai, dan pilihan pribadi yang serupa dari si pembuat keputusan. Pengidentifikasian kriteria tersebut penting lantaran apa yang dianggap relevan oleh seorang individu belum tentu demikian bagi individu lain. Selain itu, ingatlah bahwa faktor-faktor yang tidak diidentifikasi dalam langkah ini dianggap tidak relevan dengan si pembuat keputusan.
3. Alokasi bobot pada kriteria
hal ini dilakukan guna memberi mereka prioritas yang sempurna dalam keputusan tersebut, lantaran semua kriteria yang diidentifikasikan jarang sekali mempunyai tingkat kepentingan yang sama.
4. Mengembangkan alternatif-altenatif,
Tidak ada perjuangan yang dikerahkan dalam langkah ini untuk menilai alternatif-alternatif tersebut, hanya untuk menyebutkan mereka.
5. Mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada
Dilakukan setelah alternatif-alternatif dibuat. Kelebihan dan kekurangan setiap alternatif menjadi terperinci ketika alternatif tersebut dibandingkan dengan kriteria dan bobot yang diperoleh di langkah kedua dan ketiga.
6. Memilih alternatif terbaik
Merupakan langkah terakhir dalam model ini. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi setiap alternatif terhadap kriteria yang ditimbang dan menentukan alternatif yang mempunyai nilai total lebih tinggi.
Rasionalitas Terbatas
Yaitu para individu mengambil keputusan dengan merancang bangkit model-model yang disederhanakan yang menyuling ciri-ciri hakiki dari persoalan tanpa menangkap semua kerumitannya. Aspek yng menarik dari rasionalitas terbatas ini yakni bahwa urutan di mana alternatif-alternatif dipertimbangkan bersifat kritis dalam menentukan alternatif mana yang dipilih.
Intuisi
Pembuatan keputusan yang intuitif yakni sebuah proses tak sadar yang berasal dari pengalaman yang disaring. Proses ini tidak selalu terlepas dari analisis rasional. Sebaliknya, keduanya saling melengkapi, dan yang terpenting, intuisi bisa menjadi suatu kekuatan yang sangat kuat dalam pembuatan keputusan.
Bias dan kesalahan umum dalam Pengambilan Keputusan
Para pembuat keputusan terlibat dalam rasionalitas yang dibatasi, tetapi sejumlah penelitian memberitahu kita bahwa pembuat keputusan juga memungkinkan banyak sekali bias dan kesalahan sistematis memasuki penilaian-penilaian mereka. Penyimpangan-penyimpangan yang paling umum, antara lain:
1. Bias Terlalu Percaya Diri Dari sudut pandang organisasional, salah satu inovasi menarik terkait masalah ini yakni individu yang kemampuan intelektual dan antarpersonalnya paling lemah, kemungkinan besar menaksir kinerja dan kemampuan mereka terlalu tinggi. Kepercayaan diri yang berlebih kemungkinan besar muncul ketika anggota-anggota organisasional mempertimbangkan isu-isu atau masalah-masalah yang berada di luar bidang keahlian mereka.
2. Bias Jangkar, adalah kecenderungan untuk sangat tertarik dengan informasi awal, dari mana kita kemudian gagal mengikuti keadaan dengan baik untuk informasi yang berikutnya. Bias jangkar terjadi lantaran pikiran kita muncul untuk mengatakan sejumlah pengutamaan yang tidak seimbang terhadap informasi awal yang diterima.
3. Bias Konfirmasi, adalah kecenderungan untuk mencari informasi yang menguatkan pilihan-pilihan masa kemudian dan mengabaikan informasi yang bertentangan dengan penilaian-penilaian masa lalu.
4. Bias Ketersediaan, adalah kecenderungan individu mendasarkan penilaian mereka pada informasi yang sudah tersedia bagi mereka. Peristiwa-peristiwa yang memicu emosi, yang sangat nyata, atau yang terjadi baru-baru ini cenderung lebih berada dalam ingatan kita. Akibatnya, kita cenderung menaksir terlalu tinggi peristiwa-peristiwa yang kurang mungkin terjadi
5. Eskalasi Komitmen Distrosi laiinnya yang menggangu keputusan yakni kecendrungan untuk mengeskalasi akad ,sering kali lantaran meningkatnya alasan-alasan non rasional.eskalasi akad merujuk pada bertahannya kita dengan keputusan sekalipun ada bukti yang salah .
6. Kesalahan acak,kebanyakan dari kita suka berpkir bahwa kita mempunyai kendali atas dunia kita.kecendrungan kita untuk mempercaya kita bisa memprediksi hasil dari kesalahan persitiwa acak yakni kesalahan acak.keputusan yang didasarkan pada insiden acak sanggup mencacatkan kita ketika mereka mempengaruhi penilaian kita atau membiaskan keputusan utama kita .
7. Aversi resiko yakni kecendrungan untuk lebih menentukan hasil yang niscaya dari jumlah yang menengah dari pada hasil yang beresiko sekalipun hasil yang beresiko mempunyai ekspektasi pay off lebih tinggi .
8. Bias Retropkesi yakni kecendrungan untuk salah dalam mempercayai bahwa setelah hasil dari suatu insiden sebenarnya diketahui bahwa seseorang tadinya akan sanggup memprediksi secara akurat
Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi
Perbedaan Individu
Kepribadian
Riset perihal kepribadian dan pengambilan keputusan menyatakan kepribadian memengaruhi keputusan kita. Khususny aspek kehati-hatian perjuangan keras untuk pencapaian dan kepatuhan. Riset menyatakan bahwa orang- orang yang berjuang dalam pencapaiannya lebih mungkin mengeskalasi komitmennya. Kepribadian merupakan determinan paling penting bagi individu, lantaran kepribadian menentukan bagaimana seorang individu berpikir, berperilaku, dan berperasa dalam banyak sekali macam situasi yang berbeda-beda. Orang-orang dengan harga diri tinggi sangat termotivasi untuk mempertahankannya, sehingga mereka memakai bias pemenuhan diri untuk mempertahankannya. Mereka menyalahkan orang lain astas kegagalannya, tetapi mengambil kredit atas kesuksesan.
Jenis Kelamin
Riset atas kontemplasi mengatakan pandangan mengenai perbedaan jenis kelamin dalam pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi dalam waktu yang lama. Dari sisi pengambilan keputusan, itu berarti terlalu memikirkan masalah. Dua puluh tahun studi mendapati perempuan menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan laki-laki dalam menganalisis masa lalu, masa kini, dan masa depan. Mereka lebih mungkin terlalu menganalisis persoalan sebelum mengambil keputusandan meratapi keputusan ketika telah dibuat. Meskipun demikian, ini sanggup membuat persoalan lebih sulit diselesaikan, meningkatkan penyesalan atas keputusan masa lampau, dan meningkatkan depresi. Wanita hampir dua kali lebih banyak dari laki-laki dalam berbagi depresi.
Kemampuan Mental
Orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi bisa memproses informasi lebih cepat, memecahkan persoalan lebih akurat, dan mencar ilmu lebih cepat. Meskipun demikian, kemampuan mental sepertinya hanya membantu orang-orang menghindari beberapa dari persoalan tersebut.
Perbedaan Budaya
Model rasionaltidak membuat legalisasi atas perbedaan budaya, demikian pula dengan banyaknya literatur riset sikap organisasi perihal pengambilan keputusan. Tetapi orang Indonesia, misalnya, tidak selalu mengambil keputusan dengan cara yang sama dengan orang Australia. Oleh lantaran itu, kita perlu mengakui bahwa latar belakang budaya dari pembuat keputusan sanggup memengaruhi dengan signifikan pilihan masalah, kedalaman analisis, pentingnya kebijaksanaan dan rasionalitas, dan apakah keputusan organisasi seharusnya dibentuk secara autokrat oleh seorang manajer atau secara kolektif dalam kelompok.
Beberapa budaya menekankan pemecahan masalah, sedangkan yang lainnya fokus pada mendapatkan situasi sebagaimana adanya. Amerika Serikat masuk dalam kategori pertama: Thailand dan Indonesia yakni pola kedua. Pengambilan keputusan oleh manajer Jepang lebih berorientasi kelompok daripada di Amerika Serikat.
Batasan Organisasi
Organisasi sanggup membatasi pengambil keputusan, membuat deviasi darimodel rasional. Misalnya manajer membentuk keputusan untuk merefleksikan penilaian kinerja dan sistem imbalan organisasi, untuk memenuhi peraturan baku dan untuk memenuhi batasan-batasan waktu organisasi.
Evaluasi Kerja
Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi. Jika manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah tanggung jawabnya beroperasi terbaik ketika ia tidak mendengarbhal negatif, kita akan mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk memastikan tidak ada informasi negatif yang hingga padanya.
Sistem Imbalan
Sistem imbalan organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan dengan menyarankan pilihan apa yang mempunyai pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika organisasi menghargai penghindaran risiko, manajer lebih mungkin untuk mengambil keputusan konservatif.
Peraturan Baku
Organisasi membuat peraturan dan kebijakan untuk memprogram keputusan dan mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan. Dalam melaksanakan hal demikian, mereka membatasi pilihan-pilihan keputusan.
Batasan Waktu Akibat Sistem
Hampir semua keputusan penting muncul dengan waktu eksplisit. Sebuah laporan perihal pengembangan produk gres bisa saja harus siap untuk ditinjau komite direktur tanggal pertama bulan itu. Kondisi-kondisi demikian sering membuat sulit, kalau tidak mungkin, bagi manajer untuk memperoleh semua informasi sebelum mengambil keputusan.
Contoh historis
Keputusan tidak dibentuk dalam ruang vakum, mereka mempunyai sebuah konteks. Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus pilihan.
Bagaimana Mengenai Etika dalam Pengambilan Keputusan?
Tiga Kriteria Keputusan Etis
Ukuran pertama yakni utilirianisme, yang mengusulkan pengambilan keputusan hanya menurut outcome/keluaran, idelanya untuk mengatakan yang paling baik dalam jumlah yang paling besar. Pandangan ini mendominasi pengambilan keputusan bisnis. Ia konsisten dengan sasaran menyerupai efisiensi, produktivitas, dan keuntungan tinggi.
Kriteria lainnya yakni untuk membuat keputusan konsisten dengan kebebasan dan hak-hak fundamental, menyerupai yang dicantumkan dalam Piagam Hak Asasi. Kriteria ini melindungi whistle-blower ketika mereka mengungkapkan praktik tidak etis organisasi pada pers atau biro pemerintah, memakai hak-hak kebebasan berbicara.
Kriteria ketiga yakni untuk menanamkan dan mendorong aturan-aturan dengan adil dan netral untuk memastikan keadilan atau distribusi yang merata atas manfaat dan biaya.
Pengambilan keputusan, khususnya dalam organisasi berorientasi laba, merasa nyaman dengan utilitarianisme. Kepentingan terbaik atas organisasi dan pemegang sahamnya sanggup menjustifikasi banyak tindakan yang dipertanyakan, menyerupai PHK besar-besaran.
Riset etik sikap menekankan pentingnya budaya pada pengambilan keputusan etis. Ada beberapa standar global untuk pengambilan keputusan etis, yang kontras antara yang Asia dan Barat ilustrasikan. Apa yang etis dalam satu budaya bisa saja tidak etis dalam budaya lain.
Kreativitas, Pengambilan Keputusan Kreatif, dan Inovasi dalam Organisasi
Kreativitas merupakan suatu kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang bersifat inovatif dan berguna. Dengan adanya kreaivitas, seseorang bisa mengambil keputusan untuk secara penuh menilai dan memahami masalah, termasuk melihat persoalan yang tidak sanggup dilihat oleh orang lain. Kreativitas dalam organisasi mengatakan model tiga tahap, yakni:
Penyebab Perilaku Kreatif | |
Potensi Kreatif | Lingkungan Kreatif |
Perilaku Kreatif |
Formulasi persoalan à Pengumpulan Informasi à Pemunculan ide-ide à Evaluasi ide |
Hasil Kreatif (Inovasi) | |
Pembaruan | Berdayaguna |
Perilaku Kreatif
1. Formulasi Masalah
Tahap pertama dalam sikap kreatif, dimana seseorang mengidentifiasi sebuah persoalan atau peluang yang membutuhkan sebuah solusi yang belum terpecahkan
2. Pengumpulan Informasi
Tahapan sikap kreatif dimana seseorang mencara informasi yang mungkin sanggup memecahkan persoalan dan kemudian diinkubasikan dalam pikiran individu
3. Pemunculan ide
Setelah mengumpulkan informasi yang relevan, selanjutnya individu berbagi solusi-solusi yang mungkin atas sebuah persoalan dari informasi yang relevan menjadi beberapa ide
4. Evaluasi ide
Terakhir, seseorang harus melaksanakan penilaian dan pemilihan wangsit yang telah muncul. Seseorang mengevaluasi setiap wangsit solusi yang ada untuk mengidentifikasi pilihan yang terbaik.
Penyebab Perilaku Kreatif
a. Potensi Kreatif
Potensi bagi kreativitas akan meningkat ketika seseorang mempunyai kemampuan, pengetahuan, kecakapan, dan keahlian yang sama dengan bidang yang dijalaninya. Orang –orang yang cerdas akan lebih berpotensi mempunyai karakteristik kreatif lantaran bisa menuntaskan persoalan yang kompleks.
b. Lingkungan Kreatif
Seseorang sanggup menjadi kreatif apabila beliau berada dalam lingkungan yang mempunyai potensi kreatif yang sanggup direalisasikan. Lingkungan atau organisasi harus mendorong arus bebas ide, termasuk mengatakan penilaian yang adil dan konstruktif. Selain itu, pemberdayaan struktural dan pemberdayaan psikologis juga kuat terhadap kreativitas yang dimiliki pekerja.
Keluaran dari Kreatif (Inovasi)
Tahapan final dari model kreativitas yakni hasil. Perilaku yang kreatif, tidak selalu menghasilkan hasil kreatif dan inovatif. Keluaran dari kreatif merupakan wangsit atau solusi yang dinilai gres dan sanggup mempunyai kegunaan bagi pemangku kepentingan yang relevan. Sebuah solusi hanya akan dikatakan kreatif apabila solusi tersebut sanggup memecahkan atau menuntaskan suatu masalah.
0 Response to "Manajemen Sumberdaya Insan - Persepsi"
Posting Komentar