Makalah Etika, Moral Dan Akhlak
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami sanggup menuntaskan penyusunan makalah yang berjudul “Etika, Moral, Dan Akhlak Dalam Islam”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu kiprah yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Negeri Makassar.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis memberikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menuntaskan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah menawarkan kiprah dan petunjuk kepada kami, sehingga kami sanggup menuntaskan kiprah ini.
Makassar, Juni 2011
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. ETIKA
2. MORAL
3. AKHLAK
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Agama memperlihatkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya sanggup terealisasi dengan adanya moral yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan wacana keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.
Timbulnya kesadaran moral dan pendirian insan terhadap-Nya ialah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila ialah referensi tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila ialah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan ialah menentang kesadaran itu.
Kesadaran moral ialah kesadaran insan wacana dirinya sendiri, dimana insan melihat atau mencicipi diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan dilarang dilakukan, meskipun ia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia binatang tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, lantaran hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa ia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan setelah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya ia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini sanggup dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengertian, pembagian dan peranan dari Etika ?
2. Pengertian dari Moral ?
3. Pengertian dan macam-macam dari Akhlak ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian, pembagian dan peranan dari Etika
2. Untuk mengetahui pengertian dari Moral
3. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam dari Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
1. ETIKA
A. Pengertian
Etika ialah suatu pemikiran yang berbicara wacana baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain pemikiran tenatang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan insan dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan wacana azaz-azaz moral (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berafiliasi dengan upaya memilih tingkah laris manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para mahir dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh insan di dalam perbuatan mereka dan memperlihatkan jalan untuk melaksanakan apa yang seharusnya diperbuat.
Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua: obyektivisme dan subyektivisme.
1. Obyektivisme
Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif, terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Faham ini melahirkan apa yang disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan disebut baik, kata faham ini, bukan lantaran kita senang melakukannya, atau lantaran sejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata keputusan rasionalisme universal yang mendesak kita untuk berbuat begitu.
2. Subyektivisme
Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan kehendak atau pertimbangan subyek tertentu. Subyek disini bisa saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja subyek Tuhan.
B. Etika Dibagi Atas Dua Macam
1. Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu wacana nilai dan referensi sikap insan terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.
2. Etika Normatif
Etika yang menawarkan evaluasi serta himbauan kepada insan wacana bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laris insan dalam kehidupan sehari hari.
Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal bergotong-royong etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket ialah suatu perbuatan yang harus dilakukan. Sementa etika sendiri menegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak. Etiket juga terbatas pada pergaulan. Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. Etiket itu sendiri bernilairelative atau tidak sama antara satu orang dengan orang lain. Sementa itu etika bernilaiabsolute atau tidak tergantung dengan apapun. Etiket memandang insan dipandang dari segi lahiriah. Sementara itu etika insan secara utuh.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berafiliasi dengan upaya memilih perbuatan yang dilakukan insan untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika ialah hukum atau referensi tingkah laris yang dihasilkan oleh logika manusia.
C. Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:
1. Dengan etika seseorang atau kelompok sanggup menegemukakan evaluasi wacana sikap manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam melaksanakan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
3. Etika sanggup menawarkan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.
4. Etika sanggup menjadi prinsip yang fundamental bagi mahasiswa dalam menjalankan acara kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun supaya sanggup bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.
D. Etika Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari
1. Etika bergaul dengan orang lain
a) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.
b) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah abjad dan akhlaq mereka, kemudian pergaulilah mereka, masing-masing berdasarkan apa yang sepantasnya.
c) Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada mereka sesuai dengan kemampuan logika mereka.
d) Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.
e) Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahankesalahannya, dan tahanlah rasa benci terhadap mereka.
2. Etika bertamu
a) Untuk orang yang mengundang:
- Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orang-orang fakir.
- Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, lantaran hal ini bertentangan dengan kewibawaan.
- Jangan kau menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlah kegembiraan dengan kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah.
- Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, lantaran yang demikian itu berarti menghormatinya.
- Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini memperlihatkan penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.
b) Bagi tamu:
- Hendaknya tidak membedakan antara permintaan orang fakir dengan permintaan orang yang kaya, lantaran tidak memenuhi permintaan orang faqir itu merupakan pukulan (cambuk) terhadap perasaannya.
- Jangan tidak hadir sekalipun lantaran sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada waktunya.
- Bertamu dilarang lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk tinggal lebih dari itu.
- Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa saja yang terjadi pada tuan rumah.
3. Etika di jalan
a) Berjalan dengan sikap masuk akal dan tawadlu, tidak berlagak sombong di ketika berjalan atau mengangkat kepala lantaran sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain lantaran takabbur.
b) Memelihara pandangan mata, baik bagi pria maupun perempuan.
c) Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang kesannya seseorang bisa masuk surga.
d) Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal.
4. Etika makan dan minum
a) Berupaya untuk mencari makanan yang halal.
b) Hendaknya mencuci tangan sebelum makan kalau tangan kau kotor, dan begitu juga setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu.
c) Hendaklah kau puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekali-kali mencelanya.
d) Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan menyungkur.
e) Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah.
f) Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum.
5. Etika berbicara
a) Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan..
b) Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kau berada di fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda.
c) Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.
d) Menghindari perkataan jorok (keji).
6. Etika bertetangga
a) Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.
b) Bangunan yang kita berdiri jangan mengganggu tetangga kita, tidak menciptakan mereka tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita dilarang melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya, lantaran hal tersebut menyakiti perasaannya.
c) Jangan kikir untuk menawarkan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita ajak mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
d) Hendaknya kita selalu menawarkan makanan kepada tetangga kita.
7. Etika pergaulan suami istri
a) Merayu istri dan bercanda dengannya di ketika santai berduaan.
b) Meletakkan tangan di kepala istri dan mendo`akannya.
c) Disunnahkan bagi kedua mempelai melaksanakan shalat dua raka`at bersama, lantaran hal tersebut dinukil dari kaum salaf.
d) Haram bagi suami-istri membuatkan wacana diam-diam kekerabatan keduanya.
e) Hendaknya masing-masing saling bergaul dengan baik, dan melaksanakan kewajiban masing-masing terhadap yang lain.
8. Etika menjenguk orang sakit
a) Untuk orang yang berkunjung (menjenguk):
- Hendaknya tidak usang di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang tepat untuk berkunjung, dan hendaknya tidak menyusahkan si sakit, bahkan berupaya untuk menghibur dan membahagiakannya.
- Mendo`akan semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah, selamat dan disehatkan.
- Mengingatkan si sakit untuk bersabar atas taqdir Allah SWT.
b) Untuk orang yang sakit:
- Hendaknya segera bertobat dan bersungguh-sungguh berzakat shalih.
- Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa ia sesungguhnya ialah makhluk yang lemah di antara makhluk Allah lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak membutuhkan untuk menyiksanya dan tidak mem-butuhkan ketaatannya.
- Hendaknya cepat meminta kehalalan atas kezhaliman-kezhaliman yang dilakukan olehnya, dan segera mem-bayar/menunaikan hak-hak dan kewajiban kepada pemi-liknya, dan memberikan amanat kepada yang berhak menerimanya.
2. MORAL
A. Pengertian
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral ialah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah ialah suatu istilah yang digunakan untuk memilih batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak sanggup dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, sanggup dipahami bahwa moral ialah istilah yang digunakan untuk menawarkan batasan terhadap aktifitas insan dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita sanggup mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas wacana perbuatan insan selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral mempunyai perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk memilih nilai perbuatan insan baik atau buruk memakai tolak ukur logika pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan ialah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laris yang berkembang di masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laris insan ialah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
B. Perbedaan Antara Etika dan Moral
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa abnormal disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral meliputi tiga hal, yaitu:
1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melaksanakan tindakan yang bermoral.
2. Kesadaran moral sanggup juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umumk sanggup diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan sanggup diberlakukan secara universal, artinya sanggup disetujui berlaku pada setiap waktu dan kawasan bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.
3. Kesadaran moral sanggup pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, sanggup hingga pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan menawarkan impian munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan gampang sanggup melaksanakan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.
3. AKHLAK
A. Pengertian
Ada dua pendekatan yang sanggup digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, moral berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata moral dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas sepertinya kurang pas, alasannya ialah isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang menyampaikan bahwa secara linguistic, moral merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian moral dari segi istilah, kita sanggup merujuk kepada banyak sekali pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang moral terkemuka dan terdahulu contohnya secara singkat menyampaikan bahwa moral ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), lantaran kepiawaiannya dalam membela Islam dari banyak sekali paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, menyampaikan moral ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menjadikan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:
1) Tertanam berpengaruh dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2) Dilakukan dengan gampang tanpa pemikiran.
3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5) Dilakukan dengan ikhlas.
B. Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
a) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikanketundukkan terhadap perintah Allah.
b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam banyak sekali situasi dan kondisi,baik diucapkan dengan lisan maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
c) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, lantaran ia merupakan legalisasi akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus legalisasi akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti tanggapan dari suatu keadaan.
e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh lantaran itu tidak layak kalau hidup dengan arogan dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
2. Akhlak kepada diri sendiri
a) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil daripengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
b) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas dukungan nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan ialah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan memakai dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
c) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
3. Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga ialah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak ialah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
a) Menyayangi dan menyayangi ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut
b) Mentaati perintah
c) Meringankan beban, serta
d) Menyantuni mereka kalau sudah bau tanah dan tidak bisa lagi berusaha.
4. Akhlak kepada sesama manusia
a) Akhlak terpuji (Mahmudah)
1) Husnuzan
Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan ialah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:
- Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk kebaikan manusia.
- Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama niscaya berakibat buruk.
Hukum husnuzan kepada insan mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama insan berarti menaruh kepercayaan bahwa ia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.
2) Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk ialah takabur.
3) Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia.
4) Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia.
b) Akhlak tercela (Mazmumah)
1) Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung..
2) Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.
3) Gibah dan Fitnah
Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan
nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang
dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang
dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.
4) Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan
seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud
terjadi perselisihan antara keduanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika berdasarkan filasafat sanggup disebut sebagai ilmu yang memeriksa mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan insan sejauh yang sanggup diketahui oleh logika pikiran. moral ialah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk memilih batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut.
Akhlak ialah hal yang terpenting dalam kehidupan insan lantaran moral meliputi segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, abjad insan yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.
Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan insan yang paling baik budi pekertinya ialah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sobat yang mulia menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ialah insan yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
B. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun sanggup menerapkan etika, moral dan moral yang baik dan sesuai dengan pemikiran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://makalahmanajemenpemasarann.blogspot.com//search?q=makalah-etika-moral-dan-akhlak
Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada, 2004
Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988 (artikel ini disadur dari persentasi pada mata kuliah moral tasawuf)
Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera: Jakarta.
Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Aangkasa: Bandung
Achmad, Mudlor. Tt. Etika dalam Islam. Al-Ikhlas. Surabaya.
Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera. Jakarta.
Masyhur, Kahar. 1986. Meninjau banyak sekali Ajaran; Budipekerti/Etika dengan Ajaran Islam. Kalam Mulia. Jakarta.
Mustofa, Ahmad. 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV Pustaka Setia. Bandung.
Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
0 Response to "Makalah Etika, Moral Dan Akhlak"
Posting Komentar